Senin 10 Jul 2017 19:33 WIB

IPB Bentuk Pusat Data Pengendalian Karhutla

Kebakaran Hutan
Kebakaran Hutan

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Institut Pertanian Bogor membentuk Pusat Data Pengendalian Kebakaran Hutan regional Asia Tenggara (RFMRC-SEA) untuk memberikan informasi dan data secara akurat dalam rangka pengendalian kebakaran hutan.

Profesor Bambang Hero Saharjo dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang mengepalai lembaga independen tersebut mengatakan di Jakarta, Senin, bahwa tujuan didirikannya The Regional Fire Management Resource Center South East Asia Region untuk menyajikan data dan informasi berdasarkan hasil penelitian ya1ng akurat untuk digunakan dalam upaya pengendalian kebakaran hutan kawasan Asia Tenggara.

"Hasil penelitian kami, salah satu kurang berhasilnya upaya pengendalian kebakaran hutan adalah sedikitnya informasi yang terkait 'scientific base'," kata Bambang.

Bambang mencontohkan jumlah kasus kebakaran hutan di Indonesia pada 2016 yang menurun dibandingkan pada tahun 2017.

Dari penurunan jumlah kasus tersebut, lanjut Bambang, bisa diteliti apa faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kebakaran hutan sehingga ke depannya bisa dilakukan untuk upaya pengendalian dan pencegahannya.

"Seperti tahun kemarin kita berhasil nih turunkan kebakaran hutan sekian persen. Sebetulnya itu kenapa sih, apakah karena semata-mata tugas pemerintah berhasil, atau berapa persen kebakaran di lapangan, atau ditambah juga ada La Nina," jelas Bambang.

Menurut Bambang, banyak informasi tentang kebakaran hutan yang simpang siur di publik yang disebutkan oleh pemerintah ataupun dari perusahaan terkait.

Dengan adanya RFMRC-SEA ini, Bambang menyebutkan bisa menjadi bukti ilmiah dari apa yang sebenarnya terjadi pada kasus kebakaran hutan dan lahan.

Pusat Data Pengendalian Kebakaran Hutan juga bisa menjadi sumber informasi baru bagi dampak-dampak yang disebabkan oleh kasus kebakaran hutan yang sebelumnya tidak diketahui oleh publik.

"Contoh tim kami, terbukti ternyata asap dari kebakaran hutan itu di Kalimantan Tengah terdiri dari 90 gas, di dalamnya ada 50 gas beracun, ada hidrogen sianida, ada furan dan sebagainya. Itu tidak tersosialisasikan dengan baik," papar Bambang.

Selain melakukan penelitian, lembaga tersebut juga akan menjalin kerja sama di bidang penelitian dengan negara-negara di Asia Tenggara.

Bambang mengatakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mendukung RFMRC-SEA terbentuk untuk membantu pemerintah mengupayakan pengendalian kebakaran hutan dengan hasil kebijakan yang berdasarkan data ilmiah.

Selain itu lembaga tersebut juga mendapat dukungan dari Global Fire Monitoring Center (GFMC), dan mendapat sokongan dana dari Jerman hingga 2019. ***4***

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement