Kamis 06 Jul 2017 17:16 WIB

Serangan Terhadap Aparat Tunjukkan Eksistensi Teroris di Indonesia

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Bayu Hermawan
Pengamat terorisme Al Chaidar.
Foto: Antara
Pengamat terorisme Al Chaidar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme Al Chaidar menilai, maraknya serangan terhadap pihak kepolisian merupakan peneguhan ekspresi dan pernyataan eksistensi jaringan kelompok terorisme di Indonesia. Hal tersebut yang membuat kelompok teroris tidak segan lagi untuk melakukan serangan dan memberikan perlawanan.

Al Chaidar mengatakan, serangan-serangan yang kini digulirkan memang sudah direncanakan sejak lama, merujuk pada statement yang dikeluarkan kelompok ISIS melalui beberapa situs resmi mereka. Sehingga kini, para teroris di Indonesia diduga akan terus-menerus melakukan serangan secara simultan, terlebih pada aparat pemerintah sebagai musuh mereka.

"Mereka juga ingin menyatakan bahwa mereka tidak akan kapok," kata Al-Chaidar saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (6/7).

Al Chaidar juga membenarkan bahwa bendera identik bendera ISIS yang dikibarkan oleh seseorang di Polsek Kebayoran Lama, Selasa (4/7) adalah bendera ISIS. Menurut Al-Chaidar, teroris di Indonesia muncul dengan ide bahwa mereka adalah kelompok yang secara tegas melawan paham demokrasi, yang disinyalir sebagai salah satu musuh mereka. Dan bagi mereka, lanjut dia, musuh tersebut harus diberantas, dimusnahkan, dan harus diserang secara simultan.

"Iya terus diserang sampai muncul satu situasi yang chaos, dan mereka ingin menjadikannya seperti syiria, marawi," jelasnya.

Sebelumnya, pada Rabu (24/5/17) malam terjadi aksi bom bunuh diri di Terminal Bus Kampung Melayu yang menewaskan tiga personel Polri dan dua orang terduga teroris. Aksi bom bunuh diri tersebut menargetkan aparat kepolisian yang sedang mengamankan aksi pawai obor jelang Ramadhan.

Lalu, pada hari raya Idul Fitri (25/6/17) terjadi penyerangan Mapolda Sumatera Utara (Sumut) yang menewaskan satu anggota Polda Sumut Aiptu Martua Sigalingging. Dalam kasus tersebut, Kepolisian Daerah Polda Sumatera Utara (Sumut) menetapkan empat orang tersangka.

Setelah itu, pada Senin (26/6/17), teror dengan secarik kertas diterima Satuan Lantas Polres Serang, Banten. Tulisan dalam kertas tersebut bertuliskan: 'Siapkan dirimu polisi thogut, kami akan datang setelah Marawi, Filipina, selanjutnya adalah Indonesia'.

Teror selanjutnya terjadi pada Jumat (30/6/17) malam, tepat sehari sebelum HUT Polri ke-71. Dua anggota Brimob yaitu AKP Dede Suhatmi dan Briptu Syaiful B menjadi korban penusukan oleh seorang pria setelah menunaikan shalat Isya berjamaag di Masjid Falatehan, Jalan Palatehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang berjarak sekitar 450 meter dari Mabes Polri.

Terakhir, pada Selasa (4/7/17) sebuah bendera hitam bertuliskan huruf Arab yang identik degan bendera kelompok radikal ISIS terpasang di depan kantor Polisi Sektor Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Bendera tersebut diduga dipasangkan oleh seorang pengendara motor. Pelaku juga menitipkan pesan bernada ancaman sebelumnya di Satlantas Polres Serang, Banten.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement