Kamis 06 Jul 2017 08:29 WIB

GP Ansor Antisipasi Ancaman Nyata ISIS di Surabaya

 Sejumlah anggota Banser GP Ansor Surabaya (ilustrasi)
Foto: Antara
Sejumlah anggota Banser GP Ansor Surabaya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gerakan Pemuda Ansor Kota Surabaya melakukan langkah antisipasi terhadap ancaman nyata teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan kelompok Islam radikal yang mulai tumbuh di Kota Surabaya. Ketua PC GP Ansor Kota Surabaya Alaik S Hadi, di Surabaya, Kamis (6/7) mengatakan pihaknya tidak takut terhadap ancaman yang mengatasnamakan ISIS menyusul pemasangan bendera ISIS di Polsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (4/7). "Kami sudah koordinasi dengan berbagai pihak, baik pemerintah, aparat dan para ulama di Kota Surabaya," katanya.

Bahkan PW GP Ansor Jatim juga menginstruksikan kepada Ansor Surabaya untuk melakukan pengawasan dengan tindakan preemtif, preventif, dan langkah-langkah deradikalisasi yang menjadi bagian dari program GP Ansor. Menurut dia, upaya Pemerintah Kota Surabaya sudah berjalan merespons menguatnya ancaman terorisme dan radikalisme di Surabaya.

"Sel-sel gerakan teroris dan radikal sudah kami petakan di Surabaya, berbagai langkah sudah kami siapkan, salah satunya adalah program deradikalisasi yang langsung menyentuh basis umat dengan bergandengan tangan bersama ulama dan pemerintah," katanya.

Dia mengatakan, GP Ansor juga memobilisasi kekuatan siber Ansor dan Banser untuk mengantisipasi maraknya situs yang menyebarkan paham radikalisme dan terorisme. Begitu juga propaganda mereka tidak boleh dibiarkan begitu saja.

Alaik mengatakan, gerakan ISIS telah menjadikan internet sebagai sarana untuk propaganda karena mudah diakses, tidak ada kontrol, punya audience yang luas, serta tidak bisa diketahui identitasnya. Internet bisa menjadi sumber pemberitaan para jurnalis. "Inilah yang akan kami lawan dengan membangun suasana damai di dunia maya," ujar Alaik.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya menyatakan bahwa melawan ancaman terorisme dan radikalisme tidak bisa hanya mengandalkan TNI, Polri, dan pemerintah sebab peran masyarakat sangat dibutuhkan. Sinergitas antara TNI, Polri, serta masyarakat Surabaya ditekankan Risma. Karena menurutnya, kekompakan adalah kunci terlepas dari teror. Selain itu, lingkup satuan kerja yang terkecil seperti RT pun harus selalu sigap.

"Setiap saat kita harus bersama-sama mencegahnya dan jangan menunggu kejadian. Ini sangat penting agar lingkungan selalu terjaga dari ancaman kekerasan apa pun," kata Risma.

Seperti diketahui, indikasi menguatnya ancaman terorisme di Surabaya yakni ditangkapnya dua terduga teroris pada Januari 2014. Selain itu terbitnya travel advisory dari Pemerintah Australia dan Amerika Serikat bagi warga negara mereka yang akan atau sedang di Surabaya. Terakhir adalah kasus delapan warga Surabaya yang hilang di Turki.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement