REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Tim udara satuan tugas siaga darurat kebakaran hutan dan lahan Provinsi Riau mendapat tambahan armada baru berupa pesawat Cassa 212 milik TNI AU. Pesawat ini akan dimanfaatkan untuk teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan.
"Paling tidak sebulan ke depan kami akan berada di sini (Pekanbaru). Namun, kami siap untuk beroperasi dua atau tiga bulan tergantung cuaca di Riau," kata Kepala Balai Besar TMC Tri Handoko Seto kepada Antara di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Rabu (5/7).
Tri menuturkan, untuk sementara pihaknya menyiapkan sebanyak 20 ton NaCl atau garam halus yang nantinya akan disebar pada awan-awan potensial di langit Provinsi Riau.
Dirinya memprediksi, 20 ton garam itu akan habis disebar selama 10 hari mendatang dengan menggunakan pesawat berkapasitas 800 kilogram garam sekali terbang.
"Untuk itu nanti kami tambah lagi. Ke depan, lima hari sebelum garam habis kami kirim lagi ke Pekanbaru dari Jakarta," tuturnya.
Lebih jauh, ia mengatakan potensi awan yang dapat menghasilkan hujan cukup besar di Riau dalam beberapa pekan ke depan. Hal itu ia katakan berdasarkan hasil koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru sebelum pengerahan pesawat TMC ke Pekanbaru.
"Awan produktif masih cukup potensial di Riau. Kita akan maksimalkan itu untuk pencegahan. Selama ada awan potensi, kami sebar garam untuk membasahi gambut di Riau," jelasnya.
Lebih jauh, anggota Satgas Penanggulangan Karhutla Riau, Jim Gafur menuturkan keberadaan TMC akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau.
"Kita tahu beberapa kali Riau terjadi karhutla dan dengan adanya TMC ini akan sangat membantu pencegahan dan penanggulang," kata Jim yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau tersebut.
Jim mengatakan TMC yang menggunakan pesawat TNI AU dari Skadron Udara 4 Lanud Abdul Rachman Saleh, Malang, itu diharapkan dapat berada di Riau hingga November 2017, atau akhir status siaga darurat karhutla Provinsi Riau.
"Namun tentunya kita tetap berkoordinasi dengan BMKG atau sesuai kebutuhan," ujarnya.