REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatra Utara menurun. Pada Mei 2017 lalu, okupansi kamar hotel berbintang di provinsi ini tercatat sebesar 43,83 persen atau turun sekitar 5,62 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Syech Suhaimi mengatakan, penurunan okupansi tertinggi terjadi di hotel bintang 4, yakni 16,71 persen dari 61,61 persen menjadi 44,9 persen. "Sementara untuk hotel bintang 5, okupansinya turun 5,72 persen dari 50,75 persen menjadi 45,03 persen. Sedangkan hotel bintang 3, turun 4,85 persen dari 49,18 persen menjadi 44,33 persen," kata Suhaimi, Selasa (4/7).
Turunnya okupansi hotel berbintang ini, kata Suhaimi, justru terjadi di tengah meningkatnya jumlah wisatawan asing yang masuk ke Indonesia. Ada tiga pintu utama yang menjadi jalur masuknya wisatawan, yakni Bandara Kualanamu, Pelabuhan Belawan dan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.
"Berdasarkan catatan BPS, jumlah wisatawan asing yang masuk ke Sumut dari tiga pintu masuk utama itu mencapai 20.080 orang. Naik 13,91 persen dibanding Mei 2016 yang hanya 17.628 orang," ujar dia.
Suhaimi menjelaskan, penurunan okupansi ini terjadi di tengah menurunnya rata-rata lama menginap tamu asing. Jika di Mei 2016 rata-rata tamu asing menginap di hotel berbintang selama 2,04 hari, pada Mei 2017 rata-rata lama menginap tamu asing hanya 1,62 hari.
"Ada penurunan terhadap rata-rata lama menginap tamu asing. Sedangkan untuk rata-rata lama menginap tamu Indonesia mengalami kenaikan sebesar 0,29 poin yaitu dari 1,34 hari pada bulan Mei 2016 menjadi 1,63 hari pada bulan Mei 2017," kata Suhaimi.
Menurut Suhaimi, peningkatan okupansi kamar hanya terjadi di hotel bintang 1 dan 2. Okupansi hotel bintang 1 di Sumut meningkat 7,7 persen dari 28,36 persen menjadi 36,06 persen. Sementara hotel bintang 2, okupansinya naik 3,55 persen menjadi 40,88 persen menjadi 44,43 persen.