REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengutuk keras tindakan penusukan dua aparat Brimob oleh orang tak dikenal usai melaksanakan shalat Isya di Masjid Faletehan, Jakarta Selatan, Jumat (30/6) lalu. itu. Namun di sisi lain, Fadli meminta kepada Kepolisian untuk melakukan intropeksi.
“Kita harus kutuk kejadian itu sebagai suatu teror yang biadab. Tetapi di sisi lain, harus ada intropeksi, kenapa polisi menjadi sasaran. Mungkin ada ketidakpuasan terhadap penegakan hukum yang dianggap tidak adil dan tidak sesuai dengan aturan,” tegas Fadli melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (4/7) sore.
Politikus Fraksi Gerindra itu menganggap, dibutuhkan suatu analisis yang komprehensif untuk mengetahui latar belakang teror kepada Kepolisian itu. Ketika ditanya mengenai pelaku yang akhirnya ditembak mati oleh aparat saat dilakukan pengejaran, Fadli menyayangkan hal itu dapat terjadi. Menurut dia, pelaku hanya perlu dilumpuhkan sehingga dapat dengan mudah digali informasi dan alasan penyerangan.
“Ya idealnya pelaku dilumpuhkan. Tetapi kita tidak tahu apa yang terjadi di lapangan. Kita harus memaklumi jika pelaku ditembak, karena itu mengancam jiwa. Orang bisa spontanitas dilumpuhkan dengan ditembak,” nilai politisi asal dapil Jawa Barat itu.
Sebelumnya diketahui, dua aparat Brimob menjadi korban penusukan, saat melakukan shalat Isya di Masjid Faletehan, Jaksel, pekan lalu. Kedua aparat itu yakni AKP Dede Suhatmi dan Briptu Syaiful Bachtiar. Mulyadi, yang diduga sebagai pelaku ditembak oleh aparat, karena mencoba melarikan diri. Pelaku pun tewas seketika, sementara kondisi korban semakin membaik.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono mengungkapkan, kepolisian akan tetap waspada dan mengantisipasi teror yang terjadi. "Kami tidak bisa menduga-duga. Memang sasarannya polisi sekarang ini," ujar Argo.