Senin 03 Jul 2017 15:12 WIB

Terungkap, Pelaku Penusukan Brimob Punya KTP Ganda

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Teguh Firmansyah
Lokasi kejadian penikaman terhadap anggota Brimob.
Foto: Arif satrio nugroho
Lokasi kejadian penikaman terhadap anggota Brimob.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Zudan Arif Fakhrullah, mengatakan bahwa Mulyadi, pelaku penusukan anggota Brimob memiliki data kependudukan ganda. Selain itu, Mulyadi juga diketahui belum melakukan rekam data KTP-el.

Zudan menjelaskan, Mulyadi memiliki dua KTP. Keduanya KTP yang masih berbentuk konvensional itu masing-masing beralamat di Agam (Sumatera Barat) dan Cikarang (Bekasi).  "Dia memiliki dua Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan belum rekam data KTP-el," ungkap Zudan kepada wartawan di Kantor Kemendagri, Jakarta Pusat, Senin (3/7).

Dengan demikian, lanjut dia, sidik jari Mulyadi tidak dapat dicocokkan dengan identitasnya. Namun, berdasarkan pencocokan nama, alamat, tempat dan tanggal lahir, nama ibu dan bapak dalam sistem kependudukan dapat dipastikan jika Mulyadi hampir pasti merupakan pelaku penusukan anggota Brimob.

"Hampir 90 persen pelaku penusukan anggota Brimob adalah Mulyadi dan ada kaitan antara data Agam dan Bekasi," tambahnya.

Sebelumnya, Polres Metro (Polrestro) Bekasi, Jawa Barat, mengungkap identitas pelaku penyerangan anggota Brimob di Masjid Peruri Jalan Falatehan Raya samping Mal Golden Ruly, Jakarta Selatan, Jumat pukul 19.30 WIB.

"Dalam kasus ini, pelaku diketahui bernama Mulyadi (27) beralamatkan Kampung Pagaulan RT12/RW05 Sukaresmi, Kecamatan Cikarang Selatan, Jawa Barat," kata Kepala Sub-Bagian Humas Polrestro Bekasi Kompol Kunto Bagus, di Kabupaten Bekasi, Jumat.

Mulyadi (27) disebut-sebut tercatat sebagai mahasiswa warga Pagaulan RT012/005 Kelurahan Suka Resmi, Kecamatan Cikarang Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Sementara itu, Kapolda Metro Jaya, M Iriawan mengatakan, identitas yang digunakan oleh pelaku diduga palsu. "KTP yang dipakai sementara kemungkinan palsu," tuturnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement