REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi terus melakukan pemeriksaan kepada orang-orang terdekat Mulyadi. Pelaku penusukan Brimob tersebut diduga merupakan simpatisan dari ISIS.
"Mulyadi merupakan simpatisan ISIS yang terkooptasi radikal dari materi materi yang diunggah pada website radikal maupun group messenger radikal yang diikutinya," kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad (2/7).
Rikwanto menuturkan hal tersebut diketahui berdasarkan keterangan dari para saksi yang telah dimintai keterangan. Mereka di antaranya, kakak kandung Mulyadi, kakak ipar serta teman-temannya. "Bila dilihat dari keterangan saksi dan barang bukti yang ada, diduga Mulyadi merupakan simpatisan ISIS," ungkapnya.
Salah satu bukti tersebut, kata Rikwanto, adalah ponsel milik Mulyadi di lokasi kejadian. Kemudian setelah diselidiki ternyata Mulyadi terkoneksi dengan kelompok jaringan teror yang ada di Indonesia.
Dengan ponselny, kata mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini, Mulyadi mendapatkan dan belajar banyak materi-materi yang mengandung radikalime. Dari sanalah, diduga Mulyadi termotivasi melakukan aksi penusukan kepada dua anggota Brimob usai melakukan solat Isha di masjid Falatehan, blok M Jakarta Selatan.
"Diduga termotivasi dari maraknya materi-materi yang diunggah pada group-group telegram radikal, sehingga melakukan penusukan kepada anggota Polri," ujarnya.
Pada Jumat (30/6) malam, masjid Falatehan diramaikan oleh aksi penyerangan Mulyadi kepada dua anggota Brimob. Dua anggota kini harus melakukan operasi lantaran mendapatkan serangan secara tiba-tiba dan menderita luka robek pada bagian wajahnya.
Mulyadi yang enggan menyerah berusaha untuk kabur menuju arah terminal blok M. Sksinya langsung dihentikan oleh anggota dengan tembakan peringatan. Mulyadi yang tidak kunjung menyerah dan justru berniat melakukan serangan perlawanan akhirnya dilumpuhkan. Mulyadi tewas malam itu.