Sabtu 01 Jul 2017 22:31 WIB

Puncak Kemarau di DIY Diperkirakan Juli-Agustus

Kemarau ekstrem (ilustrasi).
Foto: cctv america
Kemarau ekstrem (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta memperkirakan puncak musim kemarau di Daerah Istimewa Yogyakarta terjadi antara Juli hingga Agustus 2017.

"Musim kemarau di DIY terjadi sejak Mei dan untuk puncaknya kami perkirakan terjadi antara Juli hingga Agustus," kata Kepala Kelompok Operasional Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Joko Budiono di Yogyakarta, Sabtu (1/7).

Menurut Joko, selama musim kemarau curah hujan di Kabupaten Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, Sleman, dan Kota Yogyakarta masuk katagori rendah dengan rata-rata mencapai 50 milimeter per bulan. "Sedangkan saat puncaknya nanti curah hujan bisa hanya mencapai 20 milimeter per bulan," kata dia.

Kendati telah memasuki musim kemarau, menurut dia, hujan masih ada kemungkinan turun walaupun dengan katagori yang sangat rendah dan frekuensinya sangat kecil. Turunnya hujan juga bisa dipicu gangguan cuaca jangka pendek berupa daerah pertemuan udara rendah seperti yang terjadi pada Mei 2017.

"Musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan. Hujan di musim kemarau umumnya mempunyai katagori rendah hanya berkisar di bawah 10 milimeter per hari dan hanya terjadi dalam periode singkat," kata dia.

Joko mengimbau masyarakat selama menghadapi puncak musim kemarau agar berusaha beradaptasi dengan cuaca sebab pada saat puncak kemarau saat siang hari bisa sangat terik dan malam hari sangat dingin. "Kami juga mengimbau masyarakat berhemat air untuk menghindari kelangkaan air," kata dia.

Direktur Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Djati Mardiatno mengatakan bencana kekeringan yang terjadi hampir setiap tahun saat puncak musim kemarau sering kali tidak diantisipasi masyarakat dengan manajemen penyimpanan atau bank air yang memadai.

Oleh sebab itu, ia berharap masyarakat di lima kabupaten/kota mulai menyiapkan tandon air secara mandiri sebagai persiapan menghadapi puncak musim kemarau.

Penyimpanan air melalui tandon air, menurut dia, dapat dilakukan dengan teknik sederhana dengan menyediakan tangki air atau membuat kolam di pekarangan rumah.

"Dengan memiliki bank air sendiri masyarakat tidak perlu berjalan jauh untuk memperoleh air serta tidak terlalu bergantung pasokan air dari luar daerah," kata Djati.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement