Kamis 29 Jun 2017 11:13 WIB

Warga Sigi Kesulitan Dapatkan Tabung Gas Melon

Gas ukuran 3 kg alias gas melon.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Gas ukuran 3 kg alias gas melon.

REPUBLIKA.CO.ID, SIGI -- Setelah Lebaran Idul Fitri 1438 Hijriah, warga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kilogram. "Kalaupun ada hanya di kios tertentu dan harganya pun mahal," kata Ny Ros, seorang warga di Desa Jonoge, Kecamatan Sigibiromaru, Kabupaten Sigi, Kamis (29/6).

Ia mengatakan, justru di pangkalan pengecer resmi, stok elpiji bersubsidi itu kosong. Namun, kondisi itu bertolak belakang dengan di tingkat pengecer yang justruk persediaan elpiji 3 kg cukup banyak. "Tapi ya harganya yang jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah," kata ibu rumah tangga itu.

Keluhan senada juga disampaikan Markus, warga Biromaru. Ia mengaku elpiji bersubsidi di wilayahnya sangat langka. "Kalau di tingkat pangkalan, sudah beberapa hari ini kosong," kata dia.

Tetapi di kios-kios stok elpiji masih banyak, namun harganya melambung tinggi. Para pengecer menjual elpiji 3 kg rata-rata Rp 35 ribu per tabung.

Sementara HET elpiji 3 kg yang ditetapkan pemerintah berkisar Rp 16 ribu per tabung. Mereka mendasak pihak PT Pertamina dan juga Pemkab Sigi untuk melakukan sidak ke pangkalan, jangan-jangan ada kong kalingkong dengan pengecer.

Pengecer, kata Markus, mendapatkan elpiji bersubsidi tentu dari pangakalan karena Pertamina melalui agen/distributor mendistribusikan ke pangkalan, bukan pengecer. Berarti, kata dia, jika di kios pengecer stok tersedia dan di pangkalan justru habis, maka perlu dipertanyakan dan perlu ditindaklanjuti.

"Mungkin saja pangkalan melayani pengecer demi mendapatkan keuntungan besar," kata Markus.

Karena itu, sebaiknya, Pertamina dan Pemkab Sigi melalukan sidak ke pangkalan dan pengecer agar bisa diketahui apa sebenarnya yang menyebebkan kelangkaan elpiji di pangkalan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement