Selasa 27 Jun 2017 17:17 WIB

Indonesia Menantikan Pemimpin Jujur dan Berani

Rep: Dea Alvi/ Red: Ilham Tirta
Sudirman Said
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Sudirman Said

REPUBLIKA.CO.ID, BREBES -- Ketua Institute Harkat Negeri, Sudirman Said mengatakan, Indonesia adalah kesempatan besar bagi orang baik, jujur, rajin, dan memiliki kompetensi untuk memimpin. Kesempatan demikian, menurut dia, terbuka karena ruang tumbuh Indonesia sebagai negara emerging economy masih besar.

Dia mengatakan, semakin banyaknya masalah dan penyimpangan, maka kesempatan bagi orang-orang jujur semakin besar untuk berani tampil dan memimpin Indonesia. "Sebagai negara yang sedang terus tumbuh menata diri, Indonesia adalah kesempatan besar bagi pemimpin jujur, berani, dan mampu melakukan terobosan," ujar Sudirman melaui keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (27/6).

Sudirman menyebutkan, Produk Domestik Bruto Indonesia masih rendah, ketimpangan ekonomi lebar, infrastruktur terbatas, kesulitan hidup terjadi di mana-mana, dan korupsi merajalela. Keadaan ini, kata dia, adalah kesempatan bagi orang baik untuk memperbaiki keadaan.

Jika Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang baik dan tepat, maka para medioker, orang culas yang percaya pada jalan pintas, koruptor, dan para pemburu rente, Indonesia adalah ladang yang makin sempit dan makin terancam. Sikap terancam itu sering diwujudkan dengan membangun kesan dan keyakinan 'jangan jujur, jangan lurus lurus'.

"Karena mereka percaya hanya bisa hidup kalau keadaan terus kacau,” lanjut Sudirman, yang juga Ketua Sinkronisasi Anies-Sandi.

Menurut dia, di banyak negara berkembang selalu ada suasana adu kuat antara pejuang dengan pecundang, antara penjahat dan malaikat, antara penganjur kebaikan vs pelaku perusakan. Sudirman meyakini ada siklus 20 tahun yang akan merubah Indonesia ke arah yang lebih baik.

Tahun 1908 ada kebangkitan nasional. Tahun 1928 pemuda dipersatukan, 1945 Indonesia merdeka dari cengkeraman kolonial jahat, 1965 komunisme dihancurkan, dan 1998 orde baru yang korup tumbang. Dia meyakini akan adanya perubahan ke arah yang lebih baik.

Menurut dia, manusia cenderung pada kebaikan dan perbaikan. "Sejarah kita adalah sejarah perjuangan melawan kejahatan. Dan selalu saja yang baik jadi pemenang,” imbuh dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement