Rabu 21 Jun 2017 20:35 WIB

Haul Ke-47 Bung Karno, Islam Melekat di Jiwa Bung Karno

Rep: Amri Amrullah/ Red: Gita Amanda
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri memandang mural Bung Karno.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri memandang mural Bung Karno.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bung Karno, Islam dan Pancasila adalah tiga hal yang kini sering menjadi polemik di masyarakat. Tema inilah yang diangkat dalam peringatan Haul (peringatan hari wafat) Bung Karno ke-47 di Gedung Nusantara IV, MPR RI, Rabu (21/6).

Tema Bung Karno, Islam dan Pancasila itulah yang juga menjadi hasil desertasi dan buku Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR, Ahmad Basarah. Buku berjudul Pledoi untuk Bung Karno dan Pemikiran Pemikirannya juga diluncurkan pada acara Haul Bung Karno ke-47.

Dalam sambutannya Ahmad Basarah mengungkapkan betapa lekatnya Bung Karno dengan Islam dan para Tokoh Islam. Ahmad Basarah menguraikan dimensi keislaman Bung Karno yang selama ini tidak banyak diketahui dengan baik oleh masyarakat Indonesia.

Bagaimana kedekatan Bung Karno dengan para Tokoh Islam terkemuka, seperti HOS Cokroaminoto, KH. Ahmad Dahlan, Ahmad Hassan. Dan Bagaimana NU memberi gelar Pemimpin bagi Bung Karno, menunjukkan kedekatan Bung Karno dengan kelompok Islam.

"Ini juga sebagai jawaban tuduhan yg berkembang selama ini yg menyebut paham bung karno sebagai paham komunis. Padahal Bung Karno juga adalah Islam serta seorang santri intelek," ujar Basarah.

Hubungan dekat Soekarno dengan tokoh Islam HOS Cokroaminoto (Syarekat Islam), KH. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah) Ahmad Hassan (Persis) serta NU lah yang menjadikan pemahaman Islam Bung Karno sangat  kuat dan kokoh. Hal ini pula yang mendasari pemahaman Bung Karno saat merumuskan bersama mau dibawa kemana bangsa ini.

“Bung Karno sadar kalau Islam dan nasionalisme dipisahkan atau diadu-domba maka hancurlah Indonesia,” ujarnya.

Hal ini mendasari perwakilan Panitia Sembilan persiapan dasar negara yang mengakomodir tokoh Islam dan nasional. Melalui tokoh Islam hadir piagam Jakarta, yang walau akhirnya disepakati tidak dicantumkan dalam konstitusi.

Namun ia mengungkapkan, Piagam Jakarta, itu diakui Bung Karno dan telah menginspirasi jiwa Pancasila. Dengan adanya Pancasila menunjukkan indonesia bukan negara agama dan bukan juga negara sekuler.

Ketua Mahkamah Konstitusi Arif Hidayat ikut memberi contoh bagaimana inspirasi Islam yang reformis hadir di jiwa Bung Karno bersama para tokoh pendiri bangsa. Pelajaran dari tiga negara muslim, Pakistan, Turki dan Indonesia.

Saat kemerdekaan tiga negara tersebut bersama karakter para pendiri bangsanya, Pakistan memilih Islam sebagai dasar negaranya, sedangkan Turki memilih sebagai negara sekuler. Tapi tidak untuk Indonesia.

"Alhamdulillah Indonesia dengan para pendiri bangsanya tidak menjadikan negaranya sekuler dan tidak pula negara agama atau Islam, tapi dengan hadirnya Pancasila," katanya.

Maka atas dasar pemikiran Bung Karno dan para pendiri bangsa itulah negara Indonesia tetap pada negara berketuhanan, bukan pada sekularisme atau sekedar Nasionalis semata. Oleh karenanya Pancasila dan konstitusi yang dimiliki bangsa Indonesia.

Dalam acara Haul ke-47 Bung Karno ini juga tampak hadir Presiden Ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, Ketua MPR Zulkifli Hasan, mantan Ketua MK Mahfud MD, Menkumham Yasonna Laoly, Mendagri Tjahjo Kumolo, pimpinan fraksi di MPR RI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement