REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Polrestabes Surabaya menerjunkan 1.500 personel untuk pengamanan selama Ramadhan. Kegiatan pengamanan di bulan Ramadhan digelar melalui program Operasi Sutera 2017.
Sutera merupakan kependekan dari program Surabaya Tertib Ramadhan. Tim Operasi Sutera terdiri dari tiga pilar yakni Pemkot, TNI dan Polri.
Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Muhammad Iqbal mengatakan selama bulan Ramadhan ini ia menerjunkan 1.500 personel untuk melakukan pengamanan di sejumlah titik. Targetnya, angka kriminalitas di Surabaya bisa nol hingga Hari Raya Idul Fitri.
Tim kepolisian diterjunkan mulai dari SPBU, tempat pegadaian, pusat perekonomian dan perbelanjaan. Selain itu, tim juga melakukan pengawasan di terminal untuk meyakinkan terminal aman, dan memperlancar arus lalu lintas.
"Alhamdullilah memasuki hari ke-19 kami dapat menekan angka kejahatan di jalanan secara signifikan seperti curat, curas dan curanmor, kurang lebih 70 persen," kata Iqbal dalam kegiatan sosialisasi dan evaluasi pelaksanaan Operasi Sutera tahun 2017 di kantor Pemkot Surabaya, Rabu (14/6).
Kegiatan sosialisasi tersebut dihadiri oleh jajaran Forum Pimpinan Daerah, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya, para camat dan lurah.
Menurutnya, evaluasi penting dilakukan untuk memotivasi agar tim Operasi Sutera semakin giat melakukan pengamanan sampai H+7. Sebab, menurut data yang ada, mendekati hari raya gangguan keamanan khususnya kejahatan jalanan dan pencurian rumah kosong kemungkinan meningkat.
"Maka dari itu, kami men-trigger TNI dan Polisi untuk mengoptimalisasi kinerjanya dengan menunjukkan simbol-simbolnya di tengah-tengah masyarakat bahwa kami hadir untuk melindungi dan memberi keamanan bagi masyarakat," jelasnya.
Alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) angkatan 1991 tersebut menambahkan, tingkat keberhasilan pengamanan selama Ramadhan dan jelang Idul Fitri melalui Operasi Sutera dikarenakan kehadiran tiga pilar di tengah-tengah masyarakat. Kehadiran tersebut melalui kegiatan rutin bersepeda, cangkrukan, pengamanan di masjid-masjid saat tarawih atau salat subuh, buka bersama dan berbagi takjil.
“Pada akhirnya kepercayaan masyarajat terwujud melalui effort dan kinerja kami dalam menciptakan situasi aman dan nyaman di tengah masyarakat," ucapnya.
Ia juga menyebut peran camat, lurah, dan RT/RW yang sangat signifikan dalam membantu keamanan di kampung-kampung atau perumahan. Camat, lurah dan RT/RW dianggap sebagai ujung tombak yang pertama kali mengetahui adanya embrio atau bibit yang bermasalah. Ketika embrio tersebut sudah terdeteksi diharapkan secepat mungkin dibahas, duduk bersama TNI dan Polri untuk memadamkan permasalahan yang ada. Sehingga, ditemukan solusi dari hasil pembahasan tersebut.
"Kami semua berharap camat, lurah dan RT/RW berperan aktif bukan reaktif karena itu peran yang diharapkan dari mereka. Karena jika mereka tidak proaktif akan terjadi ganguan keamanan yang merugikan segala aspek, rugi generasi muda dan dukungan anggarannya yang meliputi banyak hal," imbuh pria asal Palembang tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Kota Surabaya Hendro Gunawan mengapresiasi kinerja dari jajaran tiga pilar. Menurutnya, sepak terjang operasi sutera yang baru pertama kali diadakan di Indonesia sudah berhasil dan sangat luar biasa. "Sikap dan etos kerja mereka patut diacungi jempol dan mampu dijadikan sebagai pilot project di semua daerah," kata Hendro.
Hendro menambahkan, ke depan Pemkot akan terus menjalin komunikasi dengan jajaran kepolisian serta TNI. Pemkot akan terus mendukung segala bentuk kegiatan untuk meredam atau menekan aksi kejahatan di Surabaya.