Selasa 13 Jun 2017 22:39 WIB

Kurangnya Aktivitas Fisik Buat Tren PTM Berubah

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham Tirta
Lily Sulistyowati.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Lily Sulistyowati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kurangnya aktivitas fisik mengakibatkan tren penyakit tidak menular (PTM) berubah. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Lily S Sulistyowati mengatakan, awalnya PTM diderita oleh kelompok lanjut usia (lansia). "Namun, kini sudah ditemukan di kelompok usia muda, yaitu 0 hingga 15 tahun dan kekompok usia produktif yaitu 15-65 tahun," katanya saat pemaparan diskusi bertema rutin aktivitas fisik, keluarga terhindar PTM, di Jakarta, Selasa (13/6), sore.

Ia mengutip data riset kesehatan dasar (riskesdas) 2013, angka PTM semakin meningkat dan menyebabkan kematian terbesar di Indonesia. Penyakit itu diantaranya hipertensi atau tekanan darah tinggi sebanyak 25,8 persen, obesitas 15,4 persen, stroke 12,1 persen, diabetes mellitus 2,3 persen, penyakit jantung koroner sebanyak 1,5 persen, dan gagal ginjal kronis 0,2 persen. Ia menjelaskan, umumnya PTM disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat diantaranya kurang aktivitas fisik dan merokok. 

"Padatnya kesibukan serta mobilitas yang tinggi membuat masyarakat kurang mengalokasikan waktu untuk bergerak. Semacam malas bergerak," ujarnya. Selain itu, teknologi canggih dan gawai semakin memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan. Sehingga, aktivitas yang membutuhkan gerak tubuh semakin berkurang.

Lily menambahkan, rutin aktivitas fisik dapat memberikan manfaat bagi tubuh, seperti mencegah penyakit, meningkatkan stamina, menguatkan dan menyehatkan, meningkatkan fleksibilitas, mengontrol berat badan, serta meningkatkan kualitas hidup. Meski disibukkan dengan kegiatan dan mobilitas tinggi, ia mengatakan aktivitas fisik dapat dilakukan dengan mudah dan baik di rumah, di tempat kerja, tempat umum, maupun di perjalanan. Bahkan, kata dia, seorang ibu rumah tangga juga bisa aktif bergerak di rumah.

"Aktif bergerak di rumah dapat dilakukan dengan melakukan pekerjaan rumah sendiri, berkebun atau membersihkan halaman, bermain bersama anak, dan mengasuh anak," katanya.

Aktif bergerak juga bisa dilakukan saat kerja dengan menggunakan tangga dibandingkan lift dan ikut senam bersama teman kantor. Aktif bergerak di tempat umum dapat dilakukan dengan tetap berjalan meski di eskalator, memanfaatkan taman kota untuk aktivitas fisik, bermain di ruang terbuka seperti basket. Selain itu, aktif bergerak di perjalanan dapat dilakukan dengan bersepeda ke sekolah atau kantor, berhenti di satu atau dua halte bus sebelum ke tempat tujuan, dan parkir di tempat yang agak jauh dari lokasi yang dituju.

Selain rutin aktivitas fisik, ia mengimbau masyarakat unuk membatasi kegiatan sedentari seperti berbaring atau duduk dalam waktu lama seperti menonton televisi, bermain video game, dan duduk lama depan komputer atau memilih menggunakan lift padahal ada akses tangga. Atau bisa juga memilih menggunakan motor saat hendak membeli kebutuhan di depan rumah.

sumber : Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement