Rabu 07 Jun 2017 20:21 WIB

Hujan di Musim Kemarau, Pengolahan Garam Terganggu

Rep: Lilis Handayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petani memanen garam (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petani memanen garam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Hujan yang mengguyur di akhir Mei dan minggu pertama Juni, membuat pengolahan garam di Kabupaten Indramayu terganggu. Namun di sisi lain, bagi para petani padi, hujan justru menyelamatkan tanaman mereka dari ancaman kekeringan.

 

Seorang petani garam asal Desa Muntur, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Robedi menjelaskan, saat ini lahan tambak garam di daerahnya sudah ada yang memasuki masa pengolahan berupa pengeringan lahan. Dalam kondisi normal, pengeringan lahan tambak garam membutuhkan waktu sekitar dua minggu sampai tiga minggu.

 

‘’Pengeringan lahan tambak garam sudah dimulai seminggu yang lalu. Tapi proses pengeringan jadi lebih lama karena masih ada hujan,’’ kata Robedi kepada Republika.co.id, Rabu (7/6).

 

Pria yang juga pengurus koperasi petani garam ‘Mutiara Bahari Sejahtera’ Desa Muntur itu mengatakan, untuk memproduksi garam, maka pengeringan pada lahan tambak mutlak diperlukan. Jika pengeringan tak dilakukan, maka produksi garam tak bisa berlangsung.

 

Selain lahan yang kini sudah masuki masa pengeringan, terang Robedi, adapula sebagian lahan di daerahnya yang justru belum diolah sama sekali. Pasalnya, saat pengolahan akan dilakukan, hujan mulai mengguyur.

 

‘’Untuk pengeringan kan butuh sinar matahari. Kalau cuacanya hujan, ya otomatis tidak bisa dilaksanakan,’’ tutur petani pemilik 50 hektare lahan garam itu.

 

Sementara itu, berbeda dengan petani garam yang terkendala hujan, para petani padi justru gembira dengan adanya hujan tersebut. Pasalnya, pada awal hingga pertengahan Mei, lahan mereka mulai kesulitan air hingga terancam kekeringan akibat masuknya musim kemarau. ‘’Alhamdulillah, dengan adanya hujan, kekeringan jadi teratasi,’’ kata Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan  (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang.

 

Sutatang menyebutkan, kesulitan air pada awal hingga pertengahan Mei lalu telah menyebabkan tanaman padi seluas 30 ribu hektare terancam kekeringan. Lahan itu di antaranya tersebar di Kecamatan Kandanghaur, Losarang, Balongan, Juntinyuat dan Karangampel.

 

Tak hanya itu, adapula lahan di sejumlah daerah yang justru belum mulai tanam sama sekali karena ketiadaan air. Di antaranya seperti di sejumlah desa di Kecamatan Sliyeg, sebagian wilayah Kecamatan Balongan dan Kecamatan Krangkeng.

 

Berdasarkan pantauan Republika, hujan kembali mengguyur wilayah Kabupaten Indramayu pada hari pertama puasa, Sabtu (27/5) lalu. Padahal, sejak awal Mei, hujan tak pernah turun karena sudah masuk musim kemarau. Bahkan, suhu udara pun menyengat hingga mencapai 35 derajat celcius.

Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang itu terjadi setiap hari selama sekitar lima hari. Setelah itu, cuaca kembali panas dan baru turun hujan lagi pada Selasa (6/6) malam hingga Rabu (7/6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement