REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemuda Muhammadiyah Wilayah Bali berkomitmen ikut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ketua Pemuda Muhammadiyah Wilayah Bali, Azisudin mengatakan bangsa Indonesia belakangan ini terlalu disibukkan dengan permasalahan SARA dan hoax.
"Ini dapat memecah belah persatuan, sehingga semua pihak berperan ikut menjaga perbedaan yang ada saat ini," kata Azisudin, Kamis (1/6).
Pancasila dan NKRI, kata Aizusidn adalah harga mati yang tidak bisa diubah dan diperdebatkan lagi. Ia berharap jangan sampai ada oknum yang ingin memecah belah bangsa dengan merusak persatuan.
Wakil Gubernur Bali, Ketut Sudikerta mengatakan Indonesia merupakan bangsa besar yang berideologi Pancasila. Sayangnya belakangan ini berbagai ancaman terjadi terkait eksistensi empat pilar kebangsaan dan keutuhan NKRI.
Keragaman negeri saat ini dipersoalkan, padahal itu adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Keragaman itu kerap juga menjadi titik lemah di masyarakat. Sudikerta mengatakan semua pihak berperan menjaga keberagaman demi kokohnya Indonesia.
"Perbedaan adalah unsur perekat dalam bangsa, namun kini justru perbedaan itu menjadi perenggang," kata Sudikerta.
Kebinekaan negara ini, kata politikus Partai Golkar tersebut seakan terkoyak, jauh dari nilai-nilai Pancasila, lupa Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhineka Tunggal Ika. Masyarakat perlu diingatkan kembali dengan kelima asas dan 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktus bagi pelaksanaan Pancasila di tengah krisis jati diri bangsa.
"Dengan pengamalan Pancasila, keutuhan NKRI bisa tetap terjaga," katanya.