Rabu 31 May 2017 22:23 WIB

Wali Kota Blitar: Bulan Juni adalah Bulan Bung Karno

Sementara itu, ribuan warga Kota Blitar memadati alun-alun kota untuk melakukan pawai lampion menuju makam Bung Karno. Pawai tersebut untuk mengiringi Gulungan Lima, Pancasila. Warga mengenakan pakaian adat Jawa dan berbagai macam busana lainnya.  
Foto: Istimewa
Sementara itu, ribuan warga Kota Blitar memadati alun-alun kota untuk melakukan pawai lampion menuju makam Bung Karno. Pawai tersebut untuk mengiringi Gulungan Lima, Pancasila. Warga mengenakan pakaian adat Jawa dan berbagai macam busana lainnya.  

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wali Kota Blitar, Muhammad Samanhudi Anwar menyampaikan rasa bangga dan senang kini Perayaan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni diperingati secara nasional.

Dia bercerita, pada saat ia bersama dua orang temannya, Adreas Edison dam Bagus Putu Parto, 18 tahun lalu, merayakan Hari Lahir Pancasila di Kota Blitar, tidak banyak warga yang tertarik mengikutinya.

Andreas Edison dam Bagus Putu Parto adalah seniman, sementara Samanhudi Anwar sendiri merupakan aktivis mahasiswa yang kemudian bergabung dengan Partai Demokrassi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Andreas dan Bagus, katanya, sengaja ia gandeng tahun 1999 agar perayaan hari lahir Pancasila bisa dipadukan dengan unsur seni dan budaya. Pakaian yang dikenakan adalah pakaian adat. 

“Kita bikin upacara dengan pakaian Gatot Kaca atau pakaian zaman Kerajaan Majapahit. Itu kita buat untuk menarik masyarakat. Kan jadi pertunjukan seni. Sekarang saya sangat senang. Bangga. Ini sudah diperingati secara nasional. Sebagai seorang nasionalis, saya sangat bahagia,” tegasnya dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (31/5).

Pada waktu itu, kenangnya, banyak warga yang mau ikut ambil bagian dalam acara yang digelarnya, tetapi hanya melihat dari jendela rumah karena takut. “Kami sudah tiap tahun merayakan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila. Bulan Juni adalah bulan Bung Karno,” tegasnya. 

“Kami warga NKRI yang cinta damai. Kami Indonesia dan beragama. Tidak saling membeda-bedakan,” kata Samanhudi.

“Kisahnya dulu sedih. Yang ikut sedikit, aparat yang jaga bisa dua kali lebih banyak dari jumlah warga,” ujar Samanhudi.

Menurutnya, Bung Karno adalah berkah bagi Blitar. Makam Presiden Pertama RI tersebut dipandang telah memberi potensi ekonomi bagi masyarakat Blitar hingga saat ini. 

“Bayangkan. Kalau dirata-rata, ada 2.500-3000 orang yang berkunjung ke makam Bung Karno tiap hari saat ini. Inilah potensi ekonomi yang riil dari kehadiran Bung Karno. Bagi masyarakat Blitar, Bung Karno ada dan hidup bersama mereka hingga saat ini,” katanya.

Karena itu, selama Bulan Juni, berbagai kegiatan terkait Pancasila dan Bung Karno selalu digelar di Blitar. Tidak ada lagi ketakutan dan kesulitan mendapat ijin. Tak harus dijaga oleh aparat keamanan dalam jumlah besar.

Sementara itu, ribuan warga Kota Blitar memadati alun-alun kota untuk melakukan pawai lampion menuju makam Bung Karno. Pawai tersebut untuk mengiringi Gulungan Lima, Pancasila. Warga mengenakan pakaian adat Jawa dan berbagai macam busana lainnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement