Senin 29 May 2017 15:43 WIB

Masyarakat Belum Sadar Nilai Ekonomi Anggrek Khas Kulonprogo

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Esthi Maharani
Anggrek Vanda Tricolar
Foto: Wikimedia
Anggrek Vanda Tricolar

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Keberadaan anggrek lokal di Kulonprogo masih sering tak terperhatikan. Bahkan terkadang masyarakat tidak menyadari bahwa tanaman yang tumbuh di sekitarnya merupakan bunga anggrek.

Fakultas Biologi dan Fakultas Pertanian UGM berinisiatif melakukan sosialisasi serta pelatihan tentang budidaya anggrek kepada masyarakat di Dusun Banyunganti, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan untuk mendorong warga agar dapat mengembangkan potensi budidaya tanaman anggrek yang secara alami tumbuh liar di pekarangan penduduk maupun di hutan.

“Masyarakat tidak menyadari bahwa anggrek-anggrek tersebut merupakan plasma nutfah yang sangat berharga bagi daerahnya dan beberapa diantaranya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Karena itu tanaman anggrek tersebut harus dijaga keberadaannya, jangan sampai punah,” ujar Ketua Tim Pelestarian Anggrek Kulonprogo Fakultas Biologi UGM Endang Semiarti, Senin (29/5).

Ia menjelaskan, selama ini masyarakat menganggap beberapa tanaman anggrek di sekitar mereka hanyalah tanaman liar yang tidak memiliki nilai ekonomi. Padahal, tanaman anggrek yang bernilai ekonomi tinggi dapat dibudidayakan untuk menambah pendapatan keluarga. Bahkan, Kulonprogo memilki anggrek khas yang belum diketahui oleh masyarakat, yaitu jenis anggrek Dendrobium capra dan Coelogyne speciosa.

“Ini menjadi suatu alasan yang sangat penting untuk memasyarakatkan anggrek-anggrek Kulonprogo di habitat aslinya. Kondisi masyarakat yang umumnya petani sangat mendukung keberhasilan realisasi pembudidayaan anggrek dikarenakan masyarakat sudah terbiasa dengan budidaya tanaman,” papar Endang.

Adapun Tim Fakultas Pertanian UGM memberikan penjelasan mengenai budidaya anggrek secara konvensional. Selanjutnya dilakukan praktek budidaya oleh masyarakat dusun Banyunganti yang didampingi oleh mahasiswa Fakultas Biologi yang tergabung dalam Kelompok Biology Orchid Study Club (BiOSC).

Selain itu UGM juga memberikan pelatihan budidaya secara in vitro di skala rumah tangga, pelatihan kewirusahaan, dan pelatihan IT untuk pembuatan website ekowisata anggrek Dusun Banyunganti. Endang berharap, kerja sama yang telah terjalin dengan baik antar semua pihak dalam kegiatan ini dapat terus berlanjut dan berkembang.

“Impian untuk menjadikan kawasan Banyunganti menjadi sentra tanaman Anggrek di Kabupaten Kulon Progo dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang sebelumnya belum pernah ada dapat terwujud, dan UGM sebagai center of excellence Anggrek akan terus mendukung keberlanjutan dari program ini,” ujar Endang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement