REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar hukum pidana dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Chairul Huda mengatakan, adanya fenomena aksi sweeping via siber oleh sekelompok orang terhadap pengguna media sosial yang dinilai menghina atau menista ulama adalah cermin masyarakat yang sudah tidak percaya dengan sistem hukum. Sehingga menimbulkan sikap main hakim sendiri.
"Kecenderungan masyarakat melakukan main hakim sendiri meningkat, karena disinyalir aparat tidak netral, banyak tendensi selama ini yang menunjukkan keberpihakan polisi pada pihak tertentu," kata Chairul saat dihubungi Republika.co.id, Senin (29/5).
Dia mengingatkan, aparat sebagai alat negara sudah seharusnya bertindak sesuai dengan koridor hukum yang ada. Karena aparat kepolisian bukan sebagai alat politik atau alat kelompok tertentu. "Jangan melakukan pengabaian perlindungan pada pihak lain lagi. Semuanya harus sama, setara, adil," jelas Chairul.
Belakangan ini, di beberapa daerah sering terjadi sweeping siber yang dilakukan oleh sekelompok orang pada netizen yang dinilai menghina dan melecehkan ulama. Pendukung ulama tersebut biasanya langsung mendatangi yang bersangkutan, lalu mengintruksikan untuk melakukan permintaan maaf atas status, konten atau unggahan yang dinilai menghina ulama tersebut.