Senin 29 May 2017 11:45 WIB

Suaka Via Perkosa: Menguak Kebenaran Perkosaan di Kerusuhan Mei 1998

Reformasi 1998
Foto:
Reformasi 1998

Ia kemudian memperlihatkan dokumen dari FBI, Biro Penyelidik Amerika. Lembaga itu menyatakan bahwa kasus perkosaan massal merupakan modus penipuan dari sejumlah warga keturunan Cina di Indonesia untuk mendapatkan suaka politik. Dokumen tersebut didapatnya saat menjadi anggota DPR RI pada 2004-2009.

Dokumen FBI 2004 itu, menurut Ghalib memperkuat hasil tim khusus yang dibuat pemerintah BJ Habibie pada 1999. Dalam laporan tim, tidak ditemukan data-data dan fakta-fakta, baik di rumah sakit, maupun apartemen yang disebutkan telah terjadi perkosaan massal itu.

Ya, FBI melaporkan dalam sebuah operasi dengan nama sandi Operation Jakarta. Mereka menangkap 26 anggota sindikat pemalsu dokumen suaka. Operasi rahasia dilakukan serentak di lebih dari 10 negara bagian di Amerika Serikat.

"Pemimpin sindikat ini adalah Hans Guow, WNI keturunan Cina, " kata Jaksa Penuntut Wilayah Virginia, Paul J McNulty yang menangani kasus ini.

Kami membaca dokumen rahasia itu di ruang makan keluarga, sambil makan malam ditemani Andi Murniati, istri Andi Muhammad Ghalib.

Itulah operasi yang dilakukan terhadap sejumlah WNI keturunan Cina yang meminta suaka politik dengan alasan menjadi korban perkosaan dalam peristiwa Mei 1998 di Jakarta dan sekitarnya.

Setelah menyelidiki selama dua tahun, pada Senin, 22 November 2004 satuan tugas rahasia pemerintah Amerika Serikat menggelar operasi tersebut. Para tersangka dikenai tuduhan sama, yakni memalsukan dokumen suaka serta berkonspirasi dalam pemalsuan berbagai dokumen.

Awalnya, mereka hanya membantu menyediakan dokumen asli tapi palsu. Setelah berhasil mengelabui pihak berwenang dengan memalsukan izin kerja dan nomor jaminan sosial, mereka mulai menyiapkan aplikasi suaka politik palsu.

Menyiapkan skenario pengakuan palsu seperti diperkosa atau dianiaya dalam kerusuhan Mei 1998.

"Cerita tentang penyiksaan itu sangat seragam, karena para pencari suaka menghafalkan kata demi kata secara persis seperti yang diajarkan," kata Jaksa McNulty.

Mereka pun mengajari kliennya untuk menangis meraung-raung dan memohon dengan emosional untuk mengundang simpati petugas. Banyak yang menceritakan kisahnya begitu sama persis. Misalnya, diperkosa sopir taksi. Pengakuan itu meluncur dari mulut 14 perempuan WNI keturunan Cina yang mengajukan permohonan suaka sejak 31 Oktober 2000 hingga 6 Januari 2002.

"Mereka mengaku diperkosa karena sebagai WNI keturunan Cina," kata Dean McDonald, agen spesial dari Biro Imigrasi dan Bea Cukai Kepabeanan Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat di negara bagian Virginia.

Voice of Amerika juga membuat liputan investigatif tentang isu perkosaan massal itu. Mereka keluar masuk berbagai lokasi yang dicurigai sebagai  tempat kejadian perkara perkosaan massal, dan mencoba mewawancarai berbagai pihak. Tapi hasilnya nihil!

Memang ada kasus perkosaan, tetapi bukan massal. Bukan hanya pada Mei 1998. Hampir tiap bulan juga ada kasus perkosaan di sejumlah tempat di Jakarta dan lainnya. Kasus kriminal biasa.Hasil penyidikan FBI akhirnya membongkar kebohongan itu.

Itulah salah satu isu dahsyat tentang pemerkosaan massal atas para perempuan etnis Cina pada saat kerusuhan Mei 1998. Dengan sistematis mereka meniupkan isu tentang isu perkosaan itu, dengan berbagai cerita di berbagai media, dengan berbagai cara dan sarana, baik di dalam dan luar negeri.

.                       

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement