Jumat 26 May 2017 03:42 WIB

Balap Liar di Ring 1 Masih Marak

Rep: Saptoka Andika Candra/ Red: Yudha Manggala P Putra
Balapan liar. Ilustrasi
Foto: Antara
Balapan liar. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Balap liar di jalan raya yang tak jauh dari Istana Merdeka ternyata masih marak. Jumat (27/5) dini hari, puluhan pengendara memacu motornya dengan kecepatan tinggi melalui rute Jalan Merdeka Timur-Jalan Merdeka Utara-Jalan Perwira-Jalan Lapangan Banteng Barat-Jalan Pejambon dan memutar lagi ke Jalan Merdeka Timur atau Stasiun Gambir, Jakarta Pusat.

Ironisnya, meski lokasi balap hanya selemparan pandang dari Istana Merdeka, tak ada satu petugas kepolisian yang berjaga untuk melarang aksi balap liar.

Harun (45 tahun) pedagang makanan di Jalan Pejambon mengaku sudah menyaksikan dua kali kecelakaan tunggal dalam kurun waktu tak sampai 3 jam. Untung saja, nyawa masih terselamatkan. Ia mengaku kesal dengan adanya balap liar di area Gambir. Namun, menurutnya, tak banyak yang bisa dilalukan warga kecuali berharap ketegasan aparat kepolisian.

Karyono (57 tahun), seorang supir ojek yang biasa mangkal di Pejambon pun merasakan hal yang sama dengan Harun. Bahkan, ia mengaku sempat menghitung sepanjang 2016 lalu ada 7 kecelakaan fatal yang terjadi selama balap liar. Itu pun, katanya, hanya insiden yang ia saksikan sendiri yang ia hitung, belum termasuk kecelakaan lain yang tidak ia lihat. "Antara kesal dan kasihan melihatnya. Balapan kok di jalan raya," kata dia.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id di Jalan Merdeka Timur, memasuki pukul 01.30 WIB balap liar masih berlangsung. Salah seorang peserta balap yang sempat terjatuh dari motornya, sebut saja Budi (21 tahun), mengakui bahwa kegiatan mereka bukan pada tempatnya. Warga sempat memarahinya lantaran balapan di lokasi yang salah. Ia sendiri sempat berjanji untuk memberi tahu kawan-kawannya agar tidak melanjutkan balap liar.

Namun kenyataannya hingga pukul 02.00 WIB puluhan motor masih saja meliuk-liuk kencang di antara kendaraan pribadi yang kebetulan sedang melintas. "Kasihan warga yang memang sedang lewat. Jadi takut. Saya saja, dulu biasa narik ojek sampai pagi. Sekarang nggak ah. Takut," kata Karyoni lagi.

Sementara itu, Ahmad (35 tahun), seorang petugas di halte Trans Jakarta Gambir II mengaku terganggu dengan adanya kegiatan balap liar. Menurut pengamatannya selama bertugas, balap liar di area Gambir marak dilakukan setiap Kamis malam hingga Jumat dini hari dan Jumat malam hingga Sabtu dini hari, setiap pekannya. "Sayangnya polisi tidak rutin patroli. Paling Sabtu saja. Itu juga tidak selalu. Nggak tahu kenapa," katanya.

Ahmad menyebutkan, beberapa waktu lalu bahkan sempat terjadi kecelakaan fatal di dekat halte Trans Jakarta Masjid Istiqlal. Namun ia tak yakin apakah pengendara selamat atau tidak. "Sayang nyawa kan harusnya. Saya lihat warga sini juga udah dongkol. Tapi bisa apa," katanya lagi.

Ia juga menceritakan bahwa setiap Sabtu dini hari kerap kali penonton balap liar membludak hingga depan Halte Trans Jakarta. Namun, petugas Trans Jakarta memilih mengalah dari pada timbul keributan. Republika sempat melaporkan adanya balap liar kepada Polsek Gambir melalui layanan aduan 24 jam. Namun, selang satu jam setelah aduan tetap tidak ada satu pun petugas kepolisian yang datang untuk membubarkan balap liar. "Kami harap polisi tegas. Apa mau nunggu ada korban," ujar Ahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement