REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) menduga teror bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur, terkait jaringan ISIS. GP Ansor menyebut nama Rois Darmawan, terpidana mati kasus bom kedubes Australia 9 September 2004 yang kini dipenjara di Nusakambangan memberi instruksi teror Kampung Melayu.
"Ada dugaan mengarah pada Rois Darmawan. Dia marah dan dendam karena salah satu pelaku terorisme yang ditembak mati di Tuban oleh polisi adalah saudaranya Rois," kata Ketua Bidang Hubungan dan Kajian Strategis PP GP Ansor, Nuruzzaman, kepada Republika.co.id, Kamis (25/5).
Nuruzzaman menjelaskan, sejauh ini ada tiga orang yang masih bisa menfatwakan anggota Ansoru Daulah untuk 'jihad' (teror bom), yakni Aman Abdurrahman, Rois Darmawan, dan Brekele alias Mujadid alias Syaiful Anam. "Tiga orang ini yang masih bisa menfatwakan untuk melakukan amaliyah 'jihad'. Karena yang bisa menjenguk di penjara hanya keluarga mereka, bisa jadi perintah jihad diberikan melalui keluarganya," ujar Komandan Densus 99 Banser ini.
Dia memaklumi aparat keamanan yang terkesan kecolongan atas peristiwa bom Kampung Melayu. Sebab, Nuruzzaman mengatakan, saat ini jaringan atau sel terorisme di Indonesia makin kecil dengan sistem sel terputus. "Sel jaringan mereka makin kecil dan terputus. Hanya dengan dua hinga tingga orang bisa melakukan teror," katanya.
Nuruzzaman berharap pemerintah tetap terus melakukan sejumlah langkah kontra radikalisme dengan masih adanya aksi teror di negeri ini. "Salah satu tujuannya untuk melakukan deteksi dini adanya potensi ancaman terorisme atau radikalisme. GP Ansor siap bekerja sama untuk melakukan sosialisasi atau kampanye antiradikalisme. Apalagi kita punya instrumen hingga ke tingkat ranting, yang paling bawah," katanya.