Selasa 23 May 2017 09:30 WIB

Pengungsi Banjir Garut Dijanjikan Dapat Hunian Paling Lambat Akhir Tahun

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Angga Indrawan
Ilustrasi Banjir
Foto: Republika On Line/Mardiah diah
Ilustrasi Banjir

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kasus dugaan keracunan makanan yang menimpa ratusan pengungsi korban banjir bandang Garut pada Ahad (21/5) lalu menjadi momentum jika hingga kini para pengungsi masih belum memperoleh hunian yang layak. Masih ada dari pengungsi yang hidup di pengungsian pasca bencana banjir bandang pada September 2016 lalu.

Tercatat hampir delapan bulan, ribuan pengungsi masih bertahan di hunian sementara. Ada yang hidup di rusunawa, tetapi ada juga yang tinggal di gedung-gedung milik pemerintah. Belum ada kepastian dari pemerintah terkait waktu relokasi. Sejumlah pengungsi pun baru mendapat kabar burung bahwa relokasi akan dilakukan pada bulan Oktober.

Bupati Garut, Rudy Gunawan menjanjikan paling lambat pada akhir tahun ini korban bencana alam itu mampu menempati hunian tetap. Sebab pemerintah masih melakukan pembangunan rumah tapak di beberapa lokasi.

"Waktunya kan dua tahun. Sebagian rumahnya sedang dibangun. Saya usahakan akhir tahun ini sudah ada. Rusunawa (bantuan) dari pemerintah pusat juga segera dibangun," katanya pada wartawan.

Ia menyebut sejumlah donatur seperti dari Qatar Charity Indonesia juga siap membangun rumah tapak. Donatur tersebut memberikan anggaran sebesar  Rp 140 miliar.

"Sekarang belum ada rumah yang selesai. Butuh waktu untuk membangun ratusan rumah itu," ujarnya.

Sementara itu, terkait insiden keracunan, ia mengaku sudah melihat langsung para pengungsi yang dirawat pada Ahad pagi. Pemerintah menjamin pengobatan para pengungsi tersebut. "Kami obati mereka. Biaya dari pemerintah. Kemari hanya 160an saja yang menjadi korban dari 1000an lebih yang menyantap makanan. Ke depan harus ada pengawasan," ujarnya.

Ia pun meminta maaf kepada para pengungsi yang menjadi korban dugaan keracunan makanan. Ia mengatakan makanan tersebut dipesan pihak donatur dan dimasak di Garut. "Ada semacam bumbu di rendang yang tak biasa. Makanannya masak di sini. Sedang diuji lab sekarang untuk mengetahui penyebabnya," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement