REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG - Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor menggelar Halaqoh Internasional bertema Menuju Rekontektualisasi Islam Demi Perdamaian Dunia dan Harmoni Peradaban di Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Kabupaten Jombang, Ahad-Senin (22/5). Melalui kegiatan tersebut, GP Ansor menegaskan bahwa Islam merupakan agama kemanusiaan.
Ketua Bidang Keagamaan PP GP Ansor Muhammad Lutfi Thomafi mengatakan, Halaqoh Internasional tersebut menegaskan Islam adalah agama kemanusiaan. Islam pasti bersinergi dengan kemanusiaan. Ia menilai, apapun yang mengatasnamakan Islam dan bertentangan dengan kemanusiaan pasti akan dibuang dan ditinggalkan.
Menurutnya, gerakan radikal yang tidak berlandaskan kemanusiaan dipastikan bukan dari Islam melainkan dari sejarah politik manusia. Sehingga masyarakat diminta agar tidak mengambil gambaran tersebut sebagai gambaran yang mewakili Islam.
Cara pandang tersebut berlaku pada kasus ISIS di Timur Tengah. Sejarah yang terjadi pada masa lalu yang kini terjadi pada masyarakat Muslim dianggap mewakili Islam. Padahal, lanjutnya, bisa disaksikan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin (rahmat bagi alam semesta).
"Sehingga garis besar pertemuan ini adalah meneguhkan keyakinan bahwa Islam adalah kemanusiaan, kemanusiaan adalah Islam dan apapun yang bertentangan dengan kemanusiaan pasti buka Islam. Kemanusiaan dalam islam itu nomor satu," jelasnya dalam konferensi pers di Ponpes Bahrul Ulum, Senin (22/5).
Lutfi menambahkan, halaqoh tersebut akan ada kelanjutan berupa pembahasan terkait cara pandang gerakan-gerakan radikal. Pola pikir yang menjadi landasan kelompok radikal maupun kelompok teroris dan sebagainya akan dijadikan topik pembahasan GP Ansor.
Ia mencontohkan, adanya video kelompok radikal yang melakukan penganiayaan terhadap orang lain dianggap berlandaskan Islam. Padahal landasannya berupa kasus politik di masa lalu adanya perebutan kekuasaan.
Karenanya, GP Ansor meminta kepada seluruh umat Muslim bahwa Islam adalah kemanusiaan. Pemikiran atau ide apapun yang bertentangan dengan kemanusiaan segera ditinggalkan karena itu tidak memiliki landasan.
"Apa yang dilakukan kelompok-kelompok radikal yang mengatasnamakan agama Islam yang mengambil teks-teks agama untuk melakukan kekerasan itu sebenarnya bukan sekadar bahaya bagi agama Islam. Tapi juga berbahaya bagi manusia seluruhnya bahkan alam semesta. Bahasa Alquran asfala safilin, lebih buruk daripada iblis," terangnya.