Jumat 19 May 2017 16:14 WIB

Mayoritas Masyarakat Khawatir Dampak Pilkada Jakarta Berlanjut

Rep: Dian Erika N/ Red: Indira Rezkisari
 PPK Menteng mendistribusikan hasil rekapitulasi Pilkada DKI Jakarta ke KPUD Jakarta Pusat, Jakarta, Senin (24/4).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
PPK Menteng mendistribusikan hasil rekapitulasi Pilkada DKI Jakarta ke KPUD Jakarta Pusat, Jakarta, Senin (24/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI), Ardian Sopa, mengatakan mayoritas publik Indonesia memberikan penilaian negatif terhadap polarisasi kelompok yang timbul dari konflik akibat Pilkada DKI Jakarta 2017. Terbelahnya dua kelompok masyarakat dinilai berpotensi melonggarkan kebersamaan sebagai bangsa.

Hal ini terungkap dari hasil survei LSI pada 5-10 Mei lalu yang memotret efek kontroversi Pilkada DKI Jakarta. Survei yang mengambil sampel 1.200 responden itu menyebutkan bahwa polarisasi masyarakat sudah melampaui persoalan Pilkada.

"Sebanyak 72,5 persen responden menyatakan tidak nyaman dengan kontroversi yang terjadi akibat Pilkada DKI Jakarta. Sementara itu, sekitar tiga perempat responden menyatakan mengikuti isu Pilkada DKI Jakarta serta merasa khawatir atas dampak kontroversi tersebut," ungkap Ardian dalam pemaparan survei bertajuk 'Menegaskan dan Memperbaharui Demokrasi Pancasila' di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (19/5).

Ardian menjelaskan, ada 75,8 persen responden yang mengaku mengikuti pemberitaan mengenai kontroversi Pilkada DKI Jakarta. Sebanyak 9,9 persen responden menyatakan tidak terpapar isu tersebut, sementara ada 14,3 persen responden yang tidak memberikan jawaban atas pertanyaan pemberitaan isu Pilkada DKI Jakarta.

"Dari hasil ini kita ingin menggambarkan bagaimana informasi tentang kontroversi itu diterima dan diikuti oleh masyarakat, terlepas dari afiliasi politik mereka," lanjut Ardian.

Selanjutnya, LSI juga melontarkan pertanyaan kepada responden mengenai apakah kontroversi dalam Pilkada DKI Jakarta menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Hasilnya, sebanyak 72,5 persen responden mengaku khawatir bahwa aksi massa yang saling berbalas, ujaran kebencian, fitnah dan sebagainya mengkhawatirkan mereka.

Sementara itu, sebanyak 8,7 persen menyatakan tidak merasa khawatir dengan kondisi di Pilkada DKi Jakarta. Sebanyak 18,4 persen responden tidak memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

"Kesimpulannya, tiga perempat masyarakat nerasa tidak nyaman dengan  polarisasi akibat pro dan kontra atas Ahok yang berkepanjangan. Pro dan kontra harus selesai dan masyarakat harus kembali merajut  kebersamaan. Masyarakat menganggap polarisasi sudah masuk tahap mengkawatirkan," tambah Ardian.

Dia menambahkan,  survei dilakukan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan Pilkada serentak lalu. LSI, kata dia, mencoba menganalisis kondisi pascapilkada yang sarat dengan saling berbalas aksi seperti pemberian karangan bunga, aksi lilin dan ujaran kebencian. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling menggunakan kuisioner dengan margin eror sebesar 2,9 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement