Kamis 18 May 2017 22:16 WIB

302 Warga Pekanbaru Terserang DBD Selama 2017

Red: Ilham
Ilustrasi pasien Demam Berdarah Dengue (DBD).
Foto: Antara/ Rahmad
Ilustrasi pasien Demam Berdarah Dengue (DBD).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mencatat sebanyak 302 kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi di Ibu Kota Provinsi Riau selama lima bulan pertama tahun 2017. "Kami terus mengupayakan untuk menekan angka DBD, dengan melakukan fogging atau pengasapan pada sejumlah titik serta terus menginisiasi pembersihan lingkungan," kata Kepala Dinas Kesehatan Pekanbaru Helda S Munir di Pekanbaru, Kamis (18/5).

Helda menuturkan, peningkatan kasus DBD tersebut tidak lepas dari peralihan musim saat ini di wilayah Kota Pekanbaru. Menurutnya, cuaca menjadi salah satu faktor utama peningkatan kasus tersebut.

Helda menjelaskan, Kecamatan Bukit Raya merupakan wilayah dengan kasus DBD tertinggi, mencapai 51 kasus, disusul Kecamatan Tampan 44 kasus, dan Marpoyan Damai 43 kasus. Tiga kecamatan itu adalah wilayah padat penduduk.

Kasus DBD juga terpantau di sejumlah kecamatan lain, seperti Payung Sekaki 34 kasus, Tenayan Raya 29 kasus, Rumbai Pesisir 15 kasus, Lima Puluh 18 kasus, Pekanbaru Kota 11 kasus, Rumbai 24 kasus. Kemudian Senapelan 19 kasus, Sukajadi 12 kasus, dan terakhir Sail 2 kasus.

Helda mengatakan, pihaknya telah menginstruksikan kepada jajaran melalui pusat kesehatan masyarakat masing-masing kecamatan untuk terus mendekatkan diri ke warga. Kemudian melakukan sosialisasi 3M Plus, yaitu menguras, mengubur, dan menampung air di tempat tertutup.

"Kemudian, apabila ada anggota keluarga yang mengalami demam panas dengan kriteria DBD, tolong secepatnya diperiksa. Deteksi dini sangat penting," katanya.

Ia kembali mengimbau kepada masyarakat untuk dapat memperoleh bubuk abate di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) terdekat. Ia menegaskan, abate tersebut dapat diperoleh secara gratis.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan, mayoritas penderita DBD Pekanbaru merupakan anak-anak usia 5-9 tahun serta remaja usia 15-19 tahun. Kepala Bidang Pengendalian Kesehatan Kota Pekanbaru Gustianti menjelaskan, aktivitas di luar rumah dan berada di lingkungan yang kurang terjaga menjadi faktor terbesar anak-anak tersebut terkena DBD.

Menurut Gustianti, kelompok usia tersebut mayoritas merupakan siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah dan banyak menghabiskan waktu di luar rumah, sehingga kecenderungan anak-anak usia sekolah menjadi korban DBD cukup tinggi. "Kami meminta peran aktif keluarga dan masyarakat agar bersama menjaga lingkungan bersih dari genangan air hingga bebas dari nyamuk penyebar virus dengue penyebab penyakit DBD itu," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement