Rabu 17 May 2017 17:36 WIB

Belasan Pasangan Difabel Nikah Massal di Gedung Sate

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah pasangan pengantin melakukan ijab kabul saat berlangsungnya nikah massal.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Sejumlah pasangan pengantin melakukan ijab kabul saat berlangsungnya nikah massal. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rona bahagia terpancar dari 14 pasangan difabel yang melewati momen bahagia di Gedung Sate, Rabu (17/5). Mereka resmi dinikahkan pada giat nikah massal yang difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang bekerjasama dengan Mimbar Hiburan Amal Bagi Duafa (MHABD).

Sama seperti pernikahan pada umumnya, nikah massal dilangsungkan dengan meriah. Para pengantin menjalani prosesi kebudayaan Sunda seperti saweran. Acara semakin meriah dengan penampilan langsung penyanyi senior, Doel Sumbang.

Wahyu (53) dan Ai (56) menjadi salah satu pasangan yang sangat bahagia menjadi raja dan ratu sehari. Wahyu penyandang netra yang sehari-hari berprofesi sebagai juru pijat ini merasa bersyukur bisa mengikuti nikah massal.

Ia merasa bahagia karena bisa kembali menemukan pasangan hidup setelah sebelumnya ditinggal sang istri yang meninggal dunia. Apalagi bisa dinikahkan dengan disaksikan langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar dan di gedung bersejarah.

"Ya sangat senang dan bersyukur. Apalagi nikahnya di Gedung Sate, yang kata orang (bangunannya) besar dan bersejarah," kata Wahyu.

Wahyu yang merupakan warga Pangalengan, Kabupaten Bandung ini mengaku hampir lima tahun dirinya hidup menyendiri. Pria yang juga berprofesi sebagai juru pijat ini merasa bersyukur telah dipertemukan kembali dengan pendamping hidupnya. "Apalagi sekarang mau puasa, mau Lebaran. Ya senang pastinya," katanya.

Acara nikah massal ini memecahkan rekor sebagai pernikahan massal penyandang disabilitas terbanyak dari Original Rekor Indonesia (ORI). Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengapresiasi adanya gelaran seperti ini. Bahkan, dia berharap semakin banyak pihak yang terus memerhatikan kaum disabilitas ini, terutama dengan mau memberdayakan mereka.

"Ini kegiatan sosial yang sangat positif. Kaum dhuafa menikah itu biasa kan tapi kalau ini kaum difabel jadi belum pernah ada sebelumnya sebanyak ini," ujar Deddy.

Deddy menuturkan, sebagai warga negara, hak-hak para difabel juga harus terpenuhi. Selain itu, para penyandang disabilitas di Jawa Barat kini telah memiliki banyak keterampilan dan telah mampu melakukan kemandirian ekonomi.

Selain pernikahan massal dalam acara tersebut juga digelar pemijatan yang dilakukan oleh 100 orang penyandang tunanetra terampil kepada 1001 peserta yang juga sekaligus memecahkan Rekor ORI. Pada kesempatan itu pula  dibagikan 1000 paket bingkisan sembako kepada masyarakat yang membutuhan.

Ketua Panitia MHABD 2017, Ina Wiyandini mengatakan, tahun ini merupakan penyelenggaran yang ke 28 kali. Semula pelaksanaan MHABD ditempatkan di Pendopo Kota Bandung, namun sesuai dengan semangat berbagi yang lebih luas, penyelenggaraan beralih ke di Gedung Sate.

“Harapannya ke depan, bukan hanya di kota Bandung saja tetapi juga di kota-kota lain di Jawa Barat," kata Ina.

Alumni nikah massal MHABD sampai saat ini lanjut Ina, sudah mencapai lebih dari 200 orang. Mereka selanjutnya diberdayakan dengan pemberian pelatihan kewirausahaan sehingga bisa lebih mandiri. Hal ini sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam menciptakan 100.000 wirausaha baru di Jawa Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement