REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Wisata jelajah Sungai Mahakam menggunakan kapal kayu diminati banyak masyarakat atau wisatawan lokal, karena memiliki kekhasan tersendiri yang tidak ada duanya. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Syafruddin Pernyata.
"Indonesia memang banyak sungai, tapi alamnya pasti beda. Di Jawa boleh punya Berantas, boleh punya Bengawan Solo, di Kalsel boleh punya Barito, tapi di Kaltim punya Mahakam yang sungainya sangat unik, sehingga tak ada yang menyamai," tutur Syafruddin ketika dihubungi di Samarinda, Sabtu (6/5).
Untuk itu, Disparta Kaltim akan terus mengembangkan objek wisata tersebut, meskipun sekarang telah ada dua unit kapal wisata di Sungai Mahakam yang laris peminat dari berbagai kalangan.
Sungai Mahakam yang memiliki panjang 920 km dan memiliki banyak anak sungai seperti Sungai Kerbau, Karang Mumus, Karang Asam Besar, Telen, Berinding, Bakung, hingga Sungai Belayan, menyimpan pesona alami tak ada duanya.
Untuk menikmati pesona Mahakam, lanjutnya, bagi yang tidak memiliki waktu panjang hingga dua hari untuk menjelajahi mulai Samarinda sampai Kabupaten Mahakam Ulu, dijamin menjelajahi puluhan kilometer di areal Kota Samarinda saja sudah mampu merasakan sensasinya.
Caranya dengan naik kapal wisata Jelajah Mahakam yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 2 jam, yakni mulai dari Pelabuhan Pasar Pagi menuju Jembatan Mahkota 2, berputar di bawah jembatan itu untuk menuju Jembatan Mahakam, kemudian berputar lagi untuk kembali di Pelabuhan Pasar Pagi.
"Sekarang kapal wisata Jelajah Mahakam ada dua unit yang khusus melayani wistawan yang ingin menikmati Samarinda dari Mahakam, yakni dengan rute Pasar Pagi - Jembatan Mahakam 2 - Jembatan Mahakam - Pasar Pagi. Menurut pengamatan saya, dua kapal ini masih kurang, jadi kalau ada pengusaha yang melihat peluang ini, silakan," ujarnya.
Peluang itu, lanjut Syafruddin, pernah ditawarkan kepada seorang pengusaha yang berpotensi mengembangkan bisnis jelajah sungai, namun yang bersangkutan menolak dengan alasan sudah ada dua unit, sehingga dikhawatirkan jumlah penumpangnya berkurang.
Menurut Syafruddin yang memiliki jiwa wirausahawan karena sejak muda menjalankan berbagai usaha tersebut, jika menu utama dan fasilitas sudah ada, maka pasar bisa diciptakan, caranya dengan mengembangkan kreativitas diri dan mengoptimalkan tenaga pemasaran.
"Banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya bekerja sama dengan berbagai komunitas, lembaga, swasta, termasuk harus intensif melakukan dialog dengan manajamen perhotelan, karena selain penduduk lokal, orang yang berpotensi menikmati keunikan suatu daerah adalah tamu luar yang menginap di hotel," katanya.
Di hotel, katanya, jika yang menginap atau ada pelatihan tertentu dari lembaga, perusahaan maupun pemerintah, pihak hotel bisa mengarahkan tamunya mengikuti tur Jelajah Mahakam. "Asalkan pengelola wisata melakukan komunikasi dengan manajemen hotel, karena model seperti ini bisa dihitung paket," jelasnya.