Jumat 05 May 2017 20:12 WIB

Cara Tuan Guru Bajang Ciptakan Kondusivitas Keberagaman di NTB

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Indira Rezkisari
Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH Muhammad Zainul Majdi (tengah) menggelar dialog kebangsaan antar tokoh lintas agama di Pendopo Gubernur NTB, Kota Mataram, Jum’at, (5/5).
Foto: Humas pemprov NTB
Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH Muhammad Zainul Majdi (tengah) menggelar dialog kebangsaan antar tokoh lintas agama di Pendopo Gubernur NTB, Kota Mataram, Jum’at, (5/5).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Muhammad Zainul Majdi menggelar dialog kebangsaan antar tokoh lintas agama di Pendopo Gubernur NTB, Kota Mataram, NTB, Jumat (5/5). Pria yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB) mengatakan, menjaga keragaman dapat dilakukan dengan pendekatan yang bermacam-macam.

TGB menyoroti eksklusivitas yang terjadi di masing-masing komunitas. Menurut TGB, eksklusivitas akan menutup dan membatasi diri, baik disengaja atau tidak sengaja dari pergaulan.

"Jika berjalan terus maka akan menimbulkan gesekan dan tidak akan berakhir pada perjumpaan," kata TGB dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id di Mataram, NTB, Jumat (5/5).

Namun, lanjut TGB, kadangkala di satu titik keragaman hanya dimaknakan sebagai suatu keadaan sosial yang biasa saja, dan tidak dirawat dan dijaga yang pada akhirnya keragaman bisa menjadi masyarakat yang tidak nyaman. TGB menilai, hubungan tokoh agama sudah berjalan baik, tetapi di luar tokoh-tokoh tersebut terutama di kalangan anak-anak dan gererasi muda, perlu dibangun ruang-ruang perjumpaan yang lebih intens.

Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Wathan itu memandang apabila diantara generasi muda sudah terbangun persaudaraan yang kokoh dan menghormati satu sama lain, keberagaman tidak akan pernah menjadi masalah. TGB mengajak tokoh-tokoh lintas agama mencari solusi mengatasi berbagai sumbatan dan permasalahan keberagaman yang masih dihadapi. Misalnya, dengan dengan meningkatkan ruang-ruang perjumpaan di sekolah-sekolah.

TGB menambahkan, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berupaya menghadirkan keadilan seluruh warga. Namun, hal ini belum cukup tanpa ada dukungan dari masyarakat.

"Kita perlu melakukan upaya-upaya yang tidak hanya bersifat regulatif, tetapi lebih menyentuh sisi-sisi kultural dan kemanusiaan," lanjut TGB.

TGB meyakini jika manusia mampu mensyukuri keragaman, akan menghadirkan energi yang berlipat-lipat untuk membangun dan memajukan bangsa. TGB mengajak para pimpinan, sekolah-sekolah, dan pemuda membangun komitmen bersama dalam membuat ruang perjumpaan. Dengan begitu, sebesar apapun provokasi, pasti dapat dikelola dengan baik dan tidak akan berujung pada sesuatu yang dapat memudharatkan daerah.

"Mari ciptakan ruang perjumpaan dan menyiapkan anak kita satu sama lain untuk saling menghormati dalam upaya membangun dan memajukan daerah yang kita cintai ini," kata TGB menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement