REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengatakan, kota cerdas tidak hanya membutuhkan teknologi saja namun juga kecerdasan dan kecakapan pemimpin. Menurutnya, teknologi hanya sebagai alat bantu untuk mendapatkan hasil dan tujuan yang ingin dicapai.
"Akibat teknologi itu menyebabkan bagaimana kecerdasan buatan itu membantu kecerdasan manusia memajukan kotanya, memajukan bangsanya. Sekali lagi jangan dibalik, seakan-akan dengan komputer semua bisa dilakukan, tergantung orangnya," ujar Jusuf Kalla dalam Pembukaan Acara Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) di Istana Wakil Presiden, Kamis (4/5).
Jusuf Kalla menegaskan, perkembangan teknologi merupakan alat bantu yang digunakan untuk mewujudkan kota agar mampu menyejahterakan masyarakatnya. Di sisi lain, apabila sebuah kota tidak menerapkan teknologi maka akan tertinggal dibandingkan dengan kota lain. Menurutnya, dengan kemajuan teknologi memang mempermudah pekerjaan namun di satu sisi memiliki risiko terhadap pengurangan sumber daya manusia ke depannya.
"Memang bahwa kita tidak perlu lagi berjubel eselon satu, dua, tiga, empat dan sebagainya untuk aktif di kantor. Mungkin pada akhirnya kita berencana sekarang cukup dua eselon saja. Jadi kantor bupati, walikota kecil-kecil saja nanti kan. Itu risikonya, banyak hal yang berubah akibat teknologi itu," kata Jusuf Kalla.
Namun demikian, berbagai alat bantu dari teknologi untuk menjadikan kota cerdas tidak akan berguna dengan baik, apabila para pemimpin kota atau sumber daya manusia yang dimiliki kota tersebut tidak memanfaatkannya dengan baik. Jusuf Kalla menegaskan, teknologi memang dapat menjadi alat bantu yang penting bagi sebuah kota namun kapasitas dan kualitas sumber daya manusia juga tak kalah penting.