Senin 01 May 2017 17:50 WIB

TKI di Hong Kong Kritik Pernyataan Jokowi

Rep: Puti Almas/ Red: Ilham
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (Jokowi)

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjukkan sikap tidak simpati terhadap masalah utama para pekerja Indonesia yang berada di Hong Kong. Selama ini, tenaga kerja, terutama wanita kerap menghadapi bentuk eksploitasi.

Tak sedikit TKI yang dilaporkan rentan mengalami penganiayaan saat bekerja di luar negeri. Karena itu, serikat pekerja Indonesia yang berada di Hong Kong meminta agar hak para migran dapat dipenuhi dengan lebih baik. Mereka kemudian melakukan aksi protes di depan kantor Konsulat Indonesia.

"Saya harap presiden bisa membuat tempat kerja kami jadi lebih aman, selama ini kami bekerja dan banyak aturan yang dilanggar oleh majikan saya," ujar seorang TKI yang bekerja sebagai asisten rumah tangga bernama Miasih, dilansir DW.com, Senin (1/4).

Namun, Jokowi dalam kunjungannya ke salah satu kota administratif khusus Cina itu justru mengatakan tidak seharusnya para TKI mempermasalahkan hal-hal seperti itu. Ia menganggap bahwa sejumlah kasus yang disebut sebagai eksploitasi tersebut hanyalah hal yang kecil.

"Jangan biarkan hal-hal kecil menimbulkan permasalahan yang berujung bentrokan dan perpecahan," ujar Jokowi.

Para pekerja yang mendengar pernyataan itu menilai Jokowi gagal menangani salah satu permasalahan utama para TKI. Selama ini, mereka rentan menjadi korban ekploitasi dari agen yang membawa mereka berada di sana. "Ini adalah sikap seorang presiden yang sangat buruk dan bahkan dia tidak memiliki rasa hormat terhadap kami yang jadi korban," jelas Miasih.

Ia menjadi salah satu pekerja yang merasa diekploitasi oleh majikan dengan diminta bekerja di dua apartemen. Padahal, sesuai kontrak dengan agen yang membawanya ke Hong Kong, ia seharusnya hanya bekerja sebagai asisten rumah tangga untuk satu apartemen.

Hingga saat ini, tercatat ada lebih dari 340 ribu pekerja rumah tangga asing yang berada di Hong Kong. Lebih dari setengah jumlah tersebut berasal dari Indonesia serta Filipina.

Kondisi para pekerja Indonesia di Hong Kong menjadi sorotan utama dunia pada 2014, lalu. Saat itu, seorang sisten rumah tangga dari Tanah Air bernama Erwiana Sulistyaningsih dilaporkan menjadi korban kekerasan majikannya. Tidak hanya dipukuli, ia bahkan juga dibiarkan kelaparan.

Selama ini, banyak agen yang disebut merekrut TKI secara ilegal dan mencoba melakukan perdagangan manusia. Bahkan, anak-anak dilaporkan kerap menjadi korban utama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement