REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sirine peringatan bencana berbunyi di Gedung Sate, Kota Bandung tepat pukul 10.00 WIB, Rabu (26/4). Gempa berkekuatan 7,0 Skala Richter membuat pegawai di lingkungan pusat pemerintah provinsi Jawa Barat berhamburan keluar menyelamatkan diri.
Sebagian gedung juga dilalap si jago merah. Asap hitam membumbung tinggi. Teriakan kepanikan bersahut-sahutan diselingi ketakutan pegawai yang berlari melalui jalur evakuasi. Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar terlihat dibopong petugas.
Tim Rescue Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat dengan sigap menolong pegawai yang panik. Mobil-mobil pemadam kebakaran, juga ambulance hilir mudik melakukan tindakan dampak dari gempa tersebut.
Begitulah simulasi tanggap bencana yang digelaf oleh BPBD Jawa Barat. Kegiatan ini dilaksanakan bertepatan dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional sekaligus untuk mempromosikan kegiatan Latihan Kesiapsiagaan Bencana untuk dijadikan sebagai titik tolak Kesiapsiagaan Nasional yang dilaksanakan serentak se-Indonesia.
Kepala Pelaksana BPBD Jawa Barat Dicky Saromi mengatakan simulasi yang dilaksanakan di Gedung Sate pada jam dan hari kerja ini dimaksudkan agar para pegawai memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam keadaan darurat yang dapat terjadi di keseharian. "Kita memilih Gedung Sate karena ini kan pusat pemerintahan, satu instalasi yang sangat strategis apabila terjadi bencana. Nah, memang bencana itu kita tidak harapkan tapi juga tidak bisa kita tolak bahwa kita harus siap siaga," kata Dicky di sela-sela simulasi.
Simulasi kesiapsiagaan bencana tersebut merupakan salah satu upaya BPBD Provinsi Jawa Barat untuk memberikan pemahaman mengenai tindakan pertama kali yang harus dilakukan ketika bencana alam terjadi. Bukan hanya kepada petugas BPBD tapi juga masyarakat.
Dicky menuturkan kegiatan ini ditujukan untuk membiasakan petugas menggunakan alat-alat penanggulangan bencana. Sebab, penanganan bencana identik dengan teknologi canggih.
"Dengan adanya kegiatan ini sehingga aset dapat diberdayakan penggunaannya. Apalagi yang namanya penanggulangan bencana itu identik dengan teknologi dan sarana prasarana mobilitas yang memang harus digunakan oleh orang yang terampil," tuturnya.
Dia menjelaskan Jawa Barat memiliki aset yang cukup. Mulai dari kendaraan hampir 90 unit, seperangkat alat komputer untuk di pusat pengendalian operasi. Pihaknya pun memiliki motor trail sebagai unit reaksi cepat, kemudian mobil komunikasi yang mampu mengakses ke seluruh indonesia termasuk BNPB dan juga kepada instansi terkait seperti BMKG.
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menilai simulasi ini sangat bagus dilaksanakan. Karena Jawa Barat menjadi salah satu daerah yang rawan bencana. "Saya kira perlu simulasi begini. Jangan sampai terlena, seolah-olah enggak ada bencana, jadi simulasi seperti ini bagus. Melatih keterampilan, kemudian juga bukan hanya petugas tapi juga orang yang ada di dalam gedung," ujar Deddy.
Ia mengaku ketika mengikuti simulasi kebencanaan ini juga kewalahan dan ada rasa khawatir. Sehingga pelatihan ini menjadi sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa bencana kapanpun bisa saja terjadi.
Terlebih, dalam lingkungan kerja Pemerintahan Provinsi Jawa Barat sering terjadi rotasi, sehingga mengakibatkan perubahan personal di Gedung Sate. Oleh karenanya, ia menilai pelatihan kebencanaan harus dilakukan secara berkala. Hak ini berguna untuk memberikan keterampilan kepada seluruh PNS dan masyarakat sekitar dalam menggunakan alat-alat kebencanaan.
"Masyarakat juga harus diingatkan, potensi bencana di Jabar itu sangat luar biasa, banjir, gempa, longsor, dan lain-lain," ucapnya.