Selasa 25 Apr 2017 17:07 WIB

Alasan Ahok Ibaratkan Pleidoi Kasus Penistaan Agama dengan Ikan Nemo

Rep: Dian Fath Risalah / Red: Nur Aini
 Terdakwa kasus penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menyerahkan nota pembelaaan kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU) saat sidang lanjutan di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (25/4).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Terdakwa kasus penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menyerahkan nota pembelaaan kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU) saat sidang lanjutan di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (25/4).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Terdakwa kasus dugaan penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama kembali menjalani sidang lanjutan yang digelar PN Jakarta Utara di Auditorium Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa (25/4). Agenda sidang kali ini adalah Ahok sapaan akrab Basuki, membacakan nota pembelaan atau pleidoi setelah sebelumnya pada Kamis (20/4) Jaksa Penuntut Umum membacakan tuntutannya.

Ahok menyusun sendiri pleidoi tersebut. Dalam sidang pleidoi, penasihat hukum dan Ahok membacakan pleidoi secara terpisah. Judul nota pembelaan Ahok yang dibacakan di depan Majelis Hakim adalah "Tetap Melayani Walau Difitnah".

Dalam pleidoinya, Ahok mengumpamakan dirinya dengan karakter Nemo dalam film Finding Nemo. Usai sidang, ia pun menerangkan mengapa menggunakan karakter Nemo.

"Jadi cerita Nemo itu waktu itu saya kan sering terima anak-anak TK ke Balai Kota. Terus ada anak TK yang buat pertanyaan yang saya sendiri ini anak TK jelasinnya gimana ya," ujarnya di Jakarta, Selasa.

"Dia tanya kok bapak berantem sama semua orang lawan arus, ini anak kecil nih TK. Saya langsung teringat film Finding Nemo, ya udah aku suruh cari di youtube diputerin. Di situ kan ada adegan ikan-ikan ketangkep jaring tuh, si Dori ikan biru kejepit di dalem juga," kata Ahok bercerita.

Ahok menerangkan kisah selanjutnya mengenai Nemo yang tertangkap jaring tersebut. "Si Nemo lihat dia (Nemo) mau nolong si Dori sama yang lain. Bapaknya nggak mau dia masuk dong, ikan kan ke atas semua narik tali, sampai megap-megap makanya Nemo perintahin berenang ke bawah, gitu berenang ke bawah patah tuh, jaringnya putus ikannya lepas, tapi Nemonya ketimpa ya pingsan," ujarnya.

Dari cerita Nemo tersebut, Ahok menjelaskan mengenai kondisi negeri ini. "Saya jelaskan sama anak-anak itu ada sekelompok orang di negeri ini memang salah arah, dengan korupsi merajalela, anggaran dimainkan, mau nggak mau saya mesti teriak dong arahnya salah, kalau arahnya ke sana terus, rakyat nggak ada pembangunan," ujarnya.

Ahok pun mengklaim hasil kerjanya dalam tiga tahun menjadi gubernur DKI Jakarta. "Kamu lihat saja dua sampai tiga tahun ini pembangunan begitu luar biasa di Jakarta, uang begitu hemat, semua jaminan tunjangan dapat, itu karena kita ngarahnya benar walaupun orang ini yang ngamuk, orang selama ini ke utara dia ke selatan. Ini yang saya jelasin ke anak-anak," kata Ahok.

Terkait judul pleidoinya tersebut, Ahok menjelaskan dengan analogi cerita Nemo tersebut. Menurutnya, dia harus siap jika ada kebencian dari hasil kerjanya. "Nanti juga kamu mesti siap, kalau kamu terdampar, yang ketakutan cuma keluarga kamu, belum tentu ikan yang kamu tolong yang bersyukur berterima kasih sama kamu. Dia boleh merasakan semua jaminan, tapi, kalau kebencian arahnya beda nggak akan terima kasih sama kamu. Nah, kita harus siap, makanya saya beri judul pleidoi melayani walaupun difitnah," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement