Ahad 23 Apr 2017 20:30 WIB

BMKG Deteksi 15 Titik Panas di Sumatera

Titik panas kebakaran lahan di Sumatra.
Foto: ANTARA
Titik panas kebakaran lahan di Sumatra.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Provinsi Riau mendeteksi 15 titik panas yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan pada enam provinsi di Pulau Sumatera, Ahad (23/4).

"Titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen terpantau di Riau, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi dan Bengkulu," kata Kepala BMKG Pekanbaru Sugarin, di Pekanbaru.

Titik-titik panas yang terdeteksi pencitraan Satelit Terra dan Aqua pada Minggu pukul 16.00 WIB tersebut merupakan yang pertama dalam sepekan terakhir. Sugarin menyebutkan, enam titik panas terpantau di Aceh dan Sumatera Utara masing-masing tiga titik. Kemudian di Sumatera Barat dan Jambi masing-masing dua titik panas, dan di Bengkulu terpantau satu titik panas.

Sugarin mengatakan Provinsi Riau merupakan penyumbang titik panas terbanyak di Sumatera dengan empat titik. Empat titik panas tersebut masing-masing menyebar di tiga kabupaten, yakni Kuantan Singingi dua titik, Indragiri Hilir satu titik serta Pelalawan satu titik.

"Dari empat titik panas di Riau, dua titik dipastikan sebagai titik api," ujar Sugarin pula.

Titik api merupakan indikasi kuat adanya kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. Menurut Sugarin, dua titik api terdeteksi di Kabupaten Kuantan Singingi, tepatnya di Kecamatan Kuantan Hilir. Kedua titik api tersebut memiliki tingkat kepercayaan masing-masing 80 persen dan 98 persen.

Meski begitu, Sugarin mengatakan secara umum hujan dengan intensitas ringan hingga sedang masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Riau. Namun, dirinya menyatakan perlu mewaspadai transisi musim hujan menjadi musim kemarau diprediksi akan terjadi memasuki Mei mendatang. Kemarau tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga September 2017, sehingga kondisi tersebut perlu diwaspadai.

"Kemudian yang perlu diantisipasi pada Mei-September mendatang, pola angin akan berubah dari selatan ke utara. Artinya kalau terjadi kebakaran, asap akan lari ke negeri tetangga," katanya lagi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement