REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago menyatakan, kesiapan dan persiapan penyelenggaran Pilkada DKI Jakarta masih menyisakan banyak catatan dan terkesan buruk. Hal itu dikarenakan banyaknya pelanggaran yang terjadi di lapangan, seperti pembagian sembako, pemalsuan surat keterangan, hingga adanya pemungutan suara ulang.
“Kesiapan penyelenggaraan pemilu kita ya jelek sekali. Ya semuanya, baik Panwaslu, Bawaslu, atau KPU DKI, gagap menghadapi persoalan di lapangan, kan banyak kasus dan fakta-fakta di lapangan yang terjadi,” kata Pangi saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (23/4).
Terkait penyelenggaraan pemungutan suara ulang yang digelar di TPS 01 Gambir, Jakarta Pusat, dan TPS 19 Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Sabtu (23/4), kemarin, Pangi menyesalkan hal tersebut bisa terjadi. Karena, walaupun hasil PSU tidak akan mengubah hasil suara atau pemenang Pilkada, PSU tersebut akan berdampak pada citra lembaga penyelenggara dan pengawas Pemilu tercoreng.
Dari sekian banyaknya pelanggaran yang terjadi pada Pilkada DKI Jakarta, Pangi menyayangkan tidak adanya bentuk sanksi yang tegas bagi pelanggar. Sehingga, kata Pangi, tidak ada efek jera bagi masyarakat atau elite politik.
“Nama baik KPU, Bawaslu, Panwas, yang dipertaruhkan di sini. Akan banyak catatan. Yang orang lihat dari penyelenggaraan pemilu akan tetap menganggap sebagai pemilu yang tidak professional, tidak mandiri, pemilu yang paling jelek ya itu pemilu DKI sekarang,” kata Pangi.
Ia berharap, ke depannya semua penyelenggara Pemilu DKI akan bisa belajar dari kesalahan dan kekurangan. Agar pilgub DKI 2022 nanti bisa menjadi lebih baik.