REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Sekitar 12 ribu anggota komunitas perempuan berkebaya bersama Pemerintah Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, mendeklarasikan kegiatan antikorupsi bertepatan, Sabtu (22/4) siang. Deklarasi ini sekaligus dalam rangka peringatan Hari Kartini di daerah setempat.
Ketua Panitia Acara 12 Ribu Perempuan Berkebaya Antikorupsi Munafah Asip Kholbihi di Pekalongan, Sabtu, mengatakan saatnya perempuan memiliki komitmen yang tinggi dalam upaya melestarikan budaya bangsa dan mewujudkan pemerintahan yang bersih.
"Oleh karena kami ingin menunjukkan bahwa perempuan Kabupaten Pekalongan mempunyai komitmen melawan korupsi," katanya dalam acara di Alun-Alun Kajen Kabupaten Pekalongan itu.
Ia mengatakan setiap perempuan memiliki peran penting dalam mencegah tindakan korupsi yang dilakukan oleh pasangannya.
Kemampuan perempuan, kata dia, sebagai penjaga nilai positif dalam keluarga. Perempuan dapat memengaruhi suami dalam mencari penghasilan secara baik dan menanamkan nilai-nilai kejujuran pada anak. "Karena itulah para perempuan berkebaya mengajak semua pihak bersama-sama menyatakan diri sebagai 'Saya perempuan antikorupsi'," katanya.
Acara deklarasi yang melibatkan sekitar 12 ribu perempuan berasal dari beberapa elemen masyarakat bersama pemkab itu, mendapatkan piagam penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia.
Sebelum acara, juga dibacakan riwayat atau biografi Raden Ajeng Kartini dalam upaya memperjuangan emansipasi perempuan.
Pendiri Komunitas Perempuan Berkebaya Rahmi Hidayati mengatakan pakaian kebaya bukan sekadar busana, melainkan juga pembawa nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendahulu. "Kebaya adalah salah satu identitas perempuan Indonesia yang memiliki nilai filosofi tinggi. Kehadirannya dimulai ketika Islam masuk ke Indonesia dengan membawa ajaran bahwa bagian tubuh tertentu harus ditutup, dan kebaya itulah yang menjadi penutup," katanya.