REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Pemberdayaan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) dinilai mampu mengubah wajah Kelurahan Putat Jaya yang dulu lebih dikenal sebagai kawasan Dolly. Kini, puluhan pelaku UKM telah terbentuk di Putat Jaya Kecamatan Sawahan.
Camat Sawahan, Yunus, mengatakan kondisi UKM di Kelurahan Putat Jaya secara kualitas dan kuantitas mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir. Sejak kawasan Dolly ditutup, Pemkot Surabaya gencar memberdayakan warga Putat Jaya menjadi pelaku UKM. Beberapa jenis usaha yang dilakoni warga Putat Jaya di antaranya, alas kaki, kerajinan, batik, makanan ringan, tempe, telur asin, dan lainnya.
"Dulu ada, tapi belum seperti ini. Dua tahun lalu masih tahap pelatihan, sekarang sudah jalan bahkan omzetnya sampai puluhan juta rupiah per bulan," kata Yunus kepada Republika seusai acara Training of Trainer (ToT) peringatan Hari Konsumen Nasional di kantor Kecamatan Sawahan, Kamis (20/4).
Yunus menyebutkan, jumlah UKM di Kecamatan Sawahan sekitar 200-an, sedangkan di Putat Jaya sekitar 50 UKM. Beberapa UKM di Putat Jaya menjadi anggota binaan program Pahlawan Ekonomi yang digagas Pemkot Surabaya. Salah satunya, Vidi Cookies yang omzetnya mencapai Rp 30 juta - Rp 40 juta per bulan.
Di samping itu, salah satu UKM di Putat Jaya juga memasok sandal hotel ke beberapa hotel di Surabaya. Misalnya Hotel Bekizar yang memesan 2.000 pasang sandal per bulan. Selain itu, salah satu UKM mampu memproduksi 2.500 - 3.000 butir telur asin per bulan.
"Biar masyarakat yang menilai kemajuan Putat Jaya menjadi seperti sekarang ini. Tujuan kami bagaimana masyarakat di Sawahan ini bisa berdaya dan mandiri," imbuh Yunus.
Yunus menambahkan, selama ini UKM di Putat Jaya maupun Sawahan pada umumnya menggunakan modal pribadi dalam berbisnis. Kebanyakan belum memanfaatkan lembaga keuangan. Sebab, ia mengaku selalu menekankan kepada warganya agar bisa mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. "Tapi kalau mau pinjam ke lembaga keuangan, misalnya Rp 5 juta sampai Rp 10 juta kalau bisa tanpa agunan. Ya gimana mau ngasih agunan kalau rumah saja masih ngontrak, motor juga masih kredit," ujarnya.
Upaya lainnya, Yunus membuat website untuk mempromosikan perkembangan Putat Jaya setelah Dolly ditutup. Website tersebut bernama www.dollysaiki.com. Yunus memiliki staf yang mengunggah informasi terkini erkait perkembangan di Putat Jaya. "Mereka sudah jualan online, tapi kan dengan website ini sebagai sarana promosi," ucapnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional IV Jawa Timur, Sukamto, menyatakan melalui peringatan Hari Konsumen Nasional, OJK ingin mengajak masyarakat meningkatkan literasi (melek) keuangan melalui ToT di Kecamatan Sawahan. Dengan melek keuangan, lanjutnya, warga akan semakin paham dan pandai melaksanakan akses keuangan.
"Di sini dulu terkenal dengan Dolly. Supaya capnya di masyarakat dulu dengan sekarang itu berubah 360 derajat. Juga bagaimana kita memberdayakan UMKM di Sawahan dengan cara memberikan pemahaman bisnis sekaligus memanfaatkan akses pembiayaan," jelas Sukamto kepada wartawan.
Menurutnya, saat ini di Putat Jaya sudah terdapat banyak pelaku UKM yang antara lain memproduksi sepatu, makanan ringan, dan lainnya. "Istilahnya Dolly yang dulu gelap gulita sekarang terang benderang. Nanti akan menjadi sentra-sentra industri kecil ini untuk mampu memproduksi barang dan jasa khususnya hal-hal yang produktif," imbuh Sukamto.
Ia menambahkan, kendala-kendala pelaku UKM di Sawahan agar dikomunikasikan kepada OJK yang nanti akan ditindaklanjuti melalui forum komunikasi lembaga keuangan. Misalnya kendala mengenai permodalan. Sehingga bisa dibentuk skema pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan masyarakat.
Kegiatan ToT tersebut diikuti sekitar 150 ibu-ibu di Kecamatan Sawahan. Melalui kegiatan ToT, diharapkan ibu-ibu sebagai pemegang kendali keuangan keluarga dan pelaku-pelaku usaha mikro mendapatkan keterampilan dalam perencanaan dan pengelolaan keuangan. Sehingga ibu-ibu dan pelaku usaha mikro lebih cerdas dan mandiri secara finansial.