REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menilai situasi saat ini menjelang pemungutan suara gubernur DKI Jakarta putaran kedua sudah kondusif. Karena itu, ia meminta tak ada lagi aksi massa yang dilakukan di jalan.
"Kalau saya sih melihat, situasi yang kondusif ini jangan diini (ganggu) lagi, biarkanlah teman-teman (memilih), sudah hasil istikharah mereka kan, mana yang terbaik. Ya persilakan mereka untuk menikmati pesta demokrasi ini. Jadi jangan ada kekuatan turun," kata Nasaruddin di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (18/4).
Nasaruddin menilai, jika terdapat aksi massa kembali di jalan justru akan memicu adanya aksi massa selanjutnya. Lebih lanjut, ia pun mengkhawatirkan aksi massa yang telah menjadi tren di Jakarta akhir-akhir ini dapat ditiru provinsi lain.
"Saya khawatirnya begini, apa yang menjadi tren di Jakarta itu kan serta merta ditiru oleh provinsi lain. Nah, kita ingin menjadikan (Jakarta) barometer yang sangat elegan," kata dia.
Nasaruddin mengajak seluruh elemen masyarakat menciptakan suasana yang lebih kondusif. Nasaruddin berharap, Pilkada DKI Jakarta putaran kedua ini dapat berjalan baik dan lancar.
Terkait rencana aksi Tamasya Al Maidah untuk mengawasi jalannya Pilkada DKI Jakarta, Nasaruddin mengaku baru mengetahui rencana aksi ini melalui media massa. Ia mengatakan tak mengetahui pencetus aksi Tamasya Al Maidah tersebut. Hal ini berbeda dengan aksi-aksi sebelumnya yang diakuinya juga sempat dibahas bersama.
"Kalau 212, 313, kan ada rapat-rapatnya, kita juga coba mengikuti. Tapi kalau ini bagi saya sama sekali baru. Nggak tahu siapa arsitek di belakang ini, di balik ini, saya tidak mengikuti dari awal. Kalau yang sebelum-sebelumnya saya kadang-kadang dimintai pendapat. Kalau ini enggak," jelas Nasaruddin.