Selasa 18 Apr 2017 16:33 WIB

Ricuh Banser-FPI, Ita Rahmawati Serukan Semua Pihak Jaga Suasana

Rep: Muhyiddin/ Red: Didi Purwadi
Warga berpartisipasi dalam bentuk tanda tangan sebagai bentuk dukungan terhadap Pilkada Damai saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Jalan M.H Thamrin, Jakarta, Ahad (16/4).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warga berpartisipasi dalam bentuk tanda tangan sebagai bentuk dukungan terhadap Pilkada Damai saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Jalan M.H Thamrin, Jakarta, Ahad (16/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cucu KH Wahab Hasbullah yang merupakan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama, Ita Rahmawati, telah menjelaskan kronologi kericuhan antara Badan Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser) dan Front Pembela Islam (FPI) di Kramat Lontar, Jakarta Pusat, pada Senin (17/4).

Ita yang rumahnya disebutkan dikepung oleh FPI ini mengingatkan bahwa segala permasalahan dapat diselesaikan secara prosedur hukum. Karena itu, Ita yang juga ketua Rela NU DKI Jakarta ini mengajak kepada semua pihak untuk menjaga suasana kondusif menjelang Pilkada DKI Jakarta putaran kedua pada Rabu (19/4) besok.

“Mari kita jaga suasana yang baik, tidak boleh ada intimidasi,'' ujar Ita dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id. ''Masa depan Jakarta ada di tangan kita semua.''

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, pun mengatakan insiden kericuhan di depan kediaman Ketua FPI DKI Jakarta, Buya Abdul Majid, hanya masalah salah paham antara Banser dan FPI. “Sebenarnya di sana ada suatu kegiatan istigasah di sebuah rumah saja, ini hanya kesalahpahaman,” kata Kombes Pol Argo Yuwono, di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (18/4).

Menurutnya, kejadian semalam hanyalah silang pendapat. Ia mengatakan isu penyerangan yang dilakukan anggota Banser ke markas FPI tidaklah benar. 

“Tidak ada penyerangan dari pihak manapun ya,'' kata Argo. ''Mereka bukan nyerang, tadi datang.'' (Baca: Kronologis kericuhan Banser-FPI versi Ita Rahmawati)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement