REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apa yang dilakukan Jeni, petani berusia 41 tahun asal desa Banyu Biru, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan yang mengajak warga mengolah lahan tanpa menggunakan metode bakar bisa disebut tidak mudah. Penolakan bahkan ancaman kerap diterima Jeni pada awalnya.
Apa yang disosialisasikan Jeni dianggap menghambat dan mengganggu kegiatan pencaharian warga. Jeni menuturkan bahwa ia sempat diancam oleh beberapa warga.
“Pokoknya kalau kami menanam padi ini gagal, kami akan datangi rumahmu, kami bawakan parang,” demikian Jeni menirukan ancaman salah satu warga.
Selama puluhan tahun, metode bakar telah diterapkan oleh masyarakat Banyu Biru dalam membuka lahan pertanian, karena dianggap sebagai cara paling mudah dan murah. Namun dengan bermodal niat baik dan keteguhan hatinya, Jeni secara perlahan mampu mengubah keadaan.
Jeni mengungkap alasan mengapa ia merasa tergerak melakukan sesuatu terhadap perilaku bertani warga desanya.
“Metode bakar memang lebih mudah dan murah, namun dampak jangka panjangnya merugikan. Selain rawan kebakaran, tanah juga akan semakin kering dan gersang. Apalagi kalau melihat dampak kebakaran bagi kesehatan, anak-anak terkena ISPA karena asap,” ungkap Jeni.
Keraguan warga mulai sirna ketika mereka telah melewati fase pemupukan awal. Mereka baru mengakui bahwa ternyata memungkinkan untuk mengolah lahan tanpa bakar.
Kisah Jeni yang menginspirasi warga desa Banyu Biru ini membuatnya hadir di acara Indogreen Environment & Forestry Expo, sebuah pameran tahunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK) dalam mendukung pelestarian lingkungan hidup Indonesia.
Acara yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada 13-16 April ini diikuti oleh perwakilan multisektor, dan merupakan pameran lingkungan dan kehutanan terbesar di Indonesia.
Jeni merupakan petani binaan Desa Makmur Peduli Api (DMPA), sebuah program yang digagas oleh Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas yang turut berpartisipasi dalam Indogreen Environment & Forestry Expo kali ini. Program DMPA fokus dalam melibatkan masyarakat sekitar konsesi perusahaan untuk berdaya secara sosial-ekonomi melalui kegiatan wanatani (agroforestry), dikutip dari keterangan tertulis.
Di pameran ini, Jeni membawa hasil kerja kerasnya, yaitu beras yang telah dipanen beberapa saat lalu bersama kelompok tani yang dikepalainya.
“Tahap awal memang masih belum maksimal, tapi insya Allah akan diperjuangkan agar dapat meningkat lagi hasil produksinya,” ujar Jeni.