REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua memasuki masa tenang. Larangan keras melakukan segala bentuk aktivitas kampaye bahkan aktivitas yang menjurus kepada kampanye sudah diperingatkan sejak jauh hari, nemun masa tenang sering dimanfaatkan untuk melakukan berbagai kecurangan terutama praktik politik uang.
Senator Jakarta Fahira Idris mengatakan, masa tenang menjadi momen terbaikuntuk membujuk pemilih merubah pilihannya. Cara terampuh, menurut Fahira adalah politik uang, dengan membagi sembako atau memberi bantuan sosial.
“Godaan-godaan seperti bakal masif terjadi dan saya berharap Warga Jakarta bisa menahan berbagai godaan ini, karena niat mereka membeli suara sebenarnya merendahkan martabat kita sebagai manusia,” ujar Fahira, Ahad (16/4).
Berdasarkan evaluasi kampanye putaran kedua, Fahira mengungkapkan banyaknya kampanye terselubung yang terjadi dan mengarah kepada politik uang. Kondisi ini, menurut dia adalah hal yang memalukan, mengingat Pilkada DKI Jakarta yang menjadi perhatian nasional dan memiliki kemungkinan menjadi contoh bagi daerah lain.
“Jakarta yang seharusnya mengalirkan inspirasi bagi daerah lain bagaimana praktik sebuah pilkada yang jujur, adil, dan demokratis malah memperlihatkan kepada seluruh rakyat Indonesia praktik yang sebaliknya. Praktik-praktik kampanye yang mengarah ke politik uang dipertontonkan dengan sebegitu vulgarnya dan tanpa malu,” ujar Wakil Ketua Komite III DPD ini.
Saat ini, menurut Fahira, cara terbaik menyelamatkan citra Pilkada DKI Jakarta berada di tangan warga sebagai pemilih. Bermartabat atau tidaknya Pilkada, menurut dia sangat ditentukan dari proses pada saat hari pemungutan dan penghitungan suara. Dia berharap, pada 19 April nanti, Pilkada dapat berjalan dengan jujur, adil, demokratis dan tanpa intimidasi dan pemaksaan kehendak.
“Hanya warga yang bisa memastikan semua perangkat penyelenggara dan pengawas Pilkada berlaku adil dan jujur. Mari kita tunjukkan, bahwa harga diri kita tidak bisa dibeli dengan sekantong sembako,” tegas Fahira.
Fahira menambahkan, partisipasi warga dalam mengawasi proses pemungutan dan penghitungan suara di TPS dari awal hingga akhir sangat diharapkan. Hal tersebut, menurut dia adalah cara menjaga suara warga Jakarta sampai kepada calon pemimpin yang benar-benar dikehendaki mayoritas warga Jakarta.
“Kondisi Pilkada Jakarta ini tidak normal. Tidak ada pilihan lain, selain kita wakafkan waktu, tenaga dan pikiran kita untuk menjaga suara kita di TPS masing-masing agar sampai kepada calon yang berhak,” ungkap Fahira.