REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti lembaga survei Polmark Indonesia Eko Bambang Subiantoro mengungkap adanya 542 tempat pemungutan suara (TPS) yang dinilai anomali dalam Pilkada DKI Jakarta. Perolehan suara di TPS itu dimenangkan pasangan nomor dua Ahok-Djarot dengan prosentase di atas 90 persen di setiap TPS di putaran pertama.
Menurutnya, perolehan suara di atas 90 persen di setiap TPS merupakan kejadian unik dalam kajian politik meski tak menutup kemungkinan hal itu terjadi. Tapi untuk di Jakarta, menurutnya, hasil itu menjadi pertanyaan. Eko enggan menuding apakah ada kecurangan. Namun, ia mengaku, berdasar laporan dari saksi dan relawan Anies-Sandi, ada intimidasi di TPS-TPS tersebut.
"Ada intimidasi di beberapa tempat," kata dia usai diskusi bertajuk 'Pilkada Bersih-Sehat Waspada Operasi Peci Kumis' di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (10/4).
Polmark Indonesia merupakan konsultan politik pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam Pilkada DKI. Anies dalam beberapa kesempatan juga menyatakan perolehan suara di 542 TPS ini sebagai fenomena 'lucu'. Data itu didapat dari lembaga survei yang dikomandoi Eep Saefullah Fatah ini.
Eko mengatakan, 542 TPS yang disebut aneh ini terjadi di wilayah Jakarta Utara dan Barat. TPS-TPS ini akan mendapat perhatian khusus dari tim Anies-Sandi di putaran kedua. Sebab, kata dia, di TPS-TPS itu daftar pemilih tambahan (DPTb) jumlahnya tinggi, yakni rata-rata 5,51 persen.
Padahal, berdasarkan Pasal 22 Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2015 dijelaskan, jumlah DPTb tidak boleh melebihi 2,5 persen dari DPT. Eko menilai 542 TPS tersebut sebagai TPS yang rawan kecurangan. "Kita waspada di TPS-TPS itu," kata dia.
Baca juga, Survei: Anies-Sandi Kalahkan Ahok-Djarot.