Senin 10 Apr 2017 04:51 WIB

BMKG Deteksi 15 Titik Panas di Pulau Sumatra

Titik panas kebakaran lahan di Sumatra.
Foto: ANTARA
Titik panas kebakaran lahan di Sumatra.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi 15 titik panas yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan di Pulau Sumatra, Ahad (10/4).

"Titik panas terdeteksi menyebar di empat provinsi di Riau," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin, di Pekanbaru.

Ia menjelaskan, titik panas yang terpantau satelit Terra dan Aqua dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen pada Ahad pukul 16.00 WIB menyebar di Jambi, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan Riau.

Di Jambi, terdeteksi sebanyak empat titik panas, sementara di Sumatra Barat dan Sumatra Selatan masing-masing dua titik panas.

Sementara itu, Provinsi Riau merupakan provinsi dengan dengan jumlah titik panas terbanyak, yakni tujuh titik. Ia menjabarkan, tujuh titik panas di Riau masing-masing terpantau di tiga kabupaten.

"Indragiri Hulu empat titik panas, diikuti Pelalawan dua titik dan Kampar satu titik," ujarnya.

Sugarin mengatakan, dari tujuh titik panas di Riau, empat titik dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat adanya kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. Empat titik api tersebut menyebar di Indragiri Hulu tiga titik dan Pelalawan satu titik.

Meski begitu, Sugarin mengatakan, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Riau.

Sugarin mengatakan, selama April ini Provinsi Riau dalam kondisi aman dari bencana kebakaran. Namun, Sugarin mengatakan, memasuki Mei mendatang, cuaca di Riau akan mengalami transisi dari musim hujan ke musim kemarau. Kemarau diprediksi akan berlangsung hingga September 2017.

Menurut dia, kondisi tersebut perlu diwaspadai karena curah hujan diprediksi akan sangat minim yang berpotensi menyebabkan Karhutla.

"Kemudian yang perlu diwaspadai pada Mei hingga September mendatang, pola angin akan berubah dari selatan ke utara. Artinya kalau terjadi kebakaran, asap akan lari ke negeri tetangga," katanya.

Sebelumnya, gubernur Riau menetapkan status siaga darurat bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan 2017. Status siaga itu efektif berlaku selama 96 hari atau mulai Januari ini hingga 30 April 2017 mendatang.

BPBD mencatat, sepanjang triwulan pertama 2017 ini, lebih 300 hektare lahan di Riau hangus terbakar. Satgas terus berusaha mencegah karhutla dengan meningkatkan patroli terpadu serta membangun sekat-sekat kanal.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement