REPUBLIKA.CO.ID, NGANJUK -- Tanah longsor terjadi areal Gunung Wilis, Desa Kepel, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur dengan ketinggian sekitar 10 meter tetapi tidak ada korban jiwa atau luka karena lokasi longsor jauh dari pemukiman penduduk.
"Saat ini tim masih mengecek ke lokasi terkait dengan tanah longsor tersebut. Namun, informasi sementara, longsor itu setinggi 10 meter menutupi sungai, sehingga menjadi bendungan alam," kata Kepala BPBD Kabupaten Nganjuk Sukoyono di Nganjuk, Ahad (9/4).
Ia mengatakan, longsor itu terjadi di Dusun Dolopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, sekitar jam 14.00 WIB. Sebelum kejadian itu, di tempat yang sama sudah terjadi tanah longsor tepatnya sekitar tiga hari lalu, sehingga musibah kali ini adalah longsor susulan.
Ia menyebut, untuk sementara longsor terjadi sekitar tiga hektare lahan, sementara secara keseluruhan yang rawan ada sekitar tujuh hektare. Lokasi itu mayoritas ditanami cengkih serta mangga. Ia juga menambahkan lokasi tersebut juga cukup jauh dari perkampungan warga. Tentang informasi adanya korban yang tertimbun dalam musibah itu, saat ini tim masih berupaya memastikan kebenarannya.
Sementara itu, Bupati Nganjuk Taufiqurrahman mengaku sudah mendengar terjadinya tanah longsor di Kecamatan Ngetos tersebut. Namun, terkait ada atau tidaknya korban jiwa, saat ini tim masih melakukan pendeteksian. "Longsor di Kecamatan Ngetos, namun untuk korban jiwa saya masih menunggu laporan, sebab tim masih mendeteksi," katanya.
Ia juga mengatakan Kecamatan Ngetos termasuk daerah yang rawan longsor. Di tempat itu, ditemukan sejumlah rekahan dengan lebar bervariasi. Selain itu, daerah rawan lainnya adalah Kecamatan Sawahan.
"Kemarin tim juga mengantisipasi retak, sebab ada beberapa tempat yang harus mendapatkan perhatian, karena bahaya. Ini juga terjadi karena curah hujan yang tinggi," kata Bupati.