REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kabupaten Sukabumi menempati urutan ketiga secara nasional dalam indeks risiko bencana Indonesia (IRBI). Selain Sukabumi, sejumlah daerah di Jawa Barat juga menempati urutan pertama dan kedua dalam kerawananan bencana secara nasional.
"Peta rawan bencana secara nasional berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan ada 322 daerah yang rawan," ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat kepada wartawan selepas peresmian kampung siaga bencana di Lapangan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi Sabtu (9/4). Dari 322 kabupaten/kota tersebut terang dia Sukabumi menempati urutan tiga yang tingkat kerawanan bencananya tinggi. Kerawanan bencana ini dibagi menjadi tiga yakni tinggi, menengah, dan rendah.
Sementara itu urutan rawan bencana rangking pertama yaitu Kabupaten Cianjur dan kedua Kabupaten Garut. Fakta ini lanjut dia dapat menjadikan masyarakat Jawa Barat khususnya Sukabumi untuk selalu siap siaga menghadapi bencana mulai dari pencegahan atau menghindari terjadinya bencana.
Harry menuturkan, pada pekan lalu ia mengunjungi lokasi bencana longsor di Ponorogo. Dalam bencana itu ada 28 orang tertimbun dan baru tiga korban yang ditemukan. Di wilayah Ponorogo lanjut dia terdapat banyak perbukitan sama halnya seperti di Sukabumi.
Dari pantauan kata Harry, ternyata bencana di sana salah satunya karena degradasi lingkungan dan masalah pelestarian lingkungan. Diantaranya akibat penebangan pohon di gunung begitu masif dan penanaman pohon atau usaha pertanian tidak memperhatikan daya tampung lingkungan.
Selain itu lanjut Harry, jenis tanaman yang digunakan berpengaruh pada risiko bencana. Di sana ungkap dia banyak penanaman jahe yang sebetulnya berpotensi secara ekonomi akan tetapi berisiko tinggi pada bencana. Pasalnya, terang dia akar jahe ketika dicabut dalam skala luas berpengaruh pada struktur tanah.
Oleh karena itu sambun Harry, Kemensos memberikan perhatian khusus terhadap kerawanan bencana dengan membentuk kampung siaga bencana. "Esensi dari program kampung siaga bencana yakni pelibatan masyarakat setempat dalam pelaksanaan penanggulangan bencana atau Community Based Disasters Management,"ujar dia. Hingga kini sudah ada 486 kampung siaga bencana secara nasional.
Menurut Harry, pembentukan kampung siaga bencana dikombinasikan dengan nilai-nilai kearifan lokal daerah setempat. Pasalnya lanjut dia masyarakat setempat yang lebih mengetahui wilayahnya termasuk kerawanan bencana.
Harry mengungkapkan, Kemensos nantinya memberikan pendampingan, pelatihan, dan bantuan lumbung sosial atau gudang untuk logistik di tingkat kampung. Ia menerangkan kampung tersebut tidak diartikan di satu desa saja melainkan di wilayah geografis yang rentan bencana.