Sabtu 08 Apr 2017 20:41 WIB

Gus Sholah Minta Pemerintah Optimalkan Program Deradikalisasi

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Salahuddin Wahid alias Gus Sholah.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Salahuddin Wahid alias Gus Sholah.

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, KH Sholahudin Wahid meminta pemerintah mengoptimalkan program deradikalisasi. Langkah ini sebagai upaya mencegah munculnya sikap dan perilaku radikal di masyarakat.

Gus Sholah menilai, program deradikalisasi yang dijalankan pemerintah dinilai belum mampu mencegah munculnya sikap dan perilaku radikal di tengah masyarakat. Bahkan, beberapa pelaku teror di Tanah Air, sebelumnya tercatat pernah mengikuti program deradikalisasi.

"Santoso yang (melakukan teror) di Poso itu juga merupakan hasil program deradikalisasi yang tidak berhasil," kata Gus Sholah di Jombang, Jawa Timur, dalam rilis pers yang dikirimkan, Sabtu (8/4).

Gus Sholah mengatakan, terdapat beberapa hal yang bisa memicu kegagalan program deradikalisasi. Program ini dinilai cenderung bersifat insidental dan tidak terukur capaiannya. Selain itu, tidak adanya instrumen khusus dari negara dalam penanganan terorisme, hingga buruknya perlakuan terhadap para pelaku terorisme.

Adik kandung Gus Dur ini menyebut, para penjahat tidak mengenal kata jera. Hal demikian juga dilakukan pelaku teror, yang ternyata setelah keluar dari penjara kembali melakukan aksinya, melakukan teror.

Gus Sholah juga menilai, program pembinaan para narapidana (napi) menjelang masa bebas yang dijalankan oleh lembaga pemasyarakatan juga tidak padu dengan langkah kepolisian. "Saat narapidana menjalani asimilasi dan cuti menjelang bebas, BNPT masih melakukan monitoring secara terbuka, sehingga mengganggu para napi," ucapnya.

Gus Sholah menyebut, untuk mengatasi hal itu perlu dilakukan sinkronisasi dan memadukan langkah aparat yang terkait dengan penanganan terorisme. Hal yang sama juga dilakukan untuk penanganan mantan kombatan (penduduk yang secara aktif ikut serta dalam suatu petempuran) yang ingin kembali hidup di tengah-tengah masyarakat.

"Mereka tidak kembali ke tengah masyarakat dari titik nol, tapi dari titik minus. Karena itu, harus mendapatkan dukungan dari semua pihak," ujarnya. Ia berharap, dengan lebih mengoptimalkan program deradikalisasi, ke depan akan semakin mengikis munculnya sikap dan perilaku radikal di tengah masyarakat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement