Jumat 07 Apr 2017 11:36 WIB

Retakan Baru Muncul di Lokasi Longsor Ponorogo, 269 Jiwa Mengungsi

Rep: Kabul Astuti/Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Warga melintas di depan alat berat yang tengah mencari korban longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Kamis (6/4).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warga melintas di depan alat berat yang tengah mencari korban longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Kamis (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat proses evakuasi 25 korban longsor di Desa Banaran Kecamatan Pulung masih dilakukan, tanah retak berpotensi longsor kembali terjadi di wilayah lain di Ponorogo, Jawa Timur. Hingga saat ini lebar keretakan tanah ada yang mencapai 1 meter dengan kedalaman kurang lebih 3 meter, dan posisi ketinggian 300 meter. 

Tanah retak disertai bunyi gemuruh menyebabkan warga panik di Dusun Watu Agung, Desa Dayakan, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, pada Rabu (5/4) pukul 16.00 WIB. Tanah retak di Dusun Watu Agung, Desa Dayakan, tepatnya di lingkungan Salam, yang semula lebar 30 cm terus melebar.

"Makin melebarnya retakan tanah menyebabkan masyarakat takut akan adanya longsor sehingga masyarakat masih mengungsi. Beberapa dinding rumah dilaporkan telah terjadi keretakan akibat tanah yang bergerak," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Jumat (7/4).

Sebanyak 78 KK yang terdiri dari 269 jiwa diungsikan ke tempat yang lebih aman. Pengungsi menempati empat lokasi. Warga masih belum berani kembali kerumahnya. Warga takut akan terjadi longsor seperti yang terjadi di Desa Banaran pada 1 April lalu.

Sutopo mengatakan, BPBD Kabupaten Ponorogo telah mengimbau secara resmi melalui Camat Badegan yang ditandatangi Kalaksa BPBD agar warga tetap waspada dan mengungsi ke tempat yang lebih aman dengan koordinator Kepala Desa Dayakan. BPBD juga telah menyiapkan tenda pengungsi dan kebutuhan logistik yang diperlukan. Masyarakat patuh dengan himbauan tersebut.

Sementara itu, tim SAR gabungan hingga kini belum berhasil menemukan lagi korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo. Sebanyak 25 korban masih dinyatakan hilang. Operasi SAR pada hari Jumat (7/4/2017) kembali dimulai pada pukul 07.00 WIB yang dengan briefing dan pembagian tugas. 

Tim SAR gabungan sebanyak 686 orang terbagi menjadi 4 sektor yaitu A, B, C, dan D. Penambahan sektor D bertugas mengurai material longsoran yang menutup aliran sungai dan mencari korban. 

Sutopo menyatakan, pencarian korban longsor akan terus dilakukan hingga Sabtu (15/4). "Memang tidak mudah mencari korban karena tebalnya material longsoran yang mencapai 30 meter di lereng bawah makota longsor," ujar Sutopo. 

Volume material longsoran diperkirakan mencapai 2-3 juta meter kubik dengan panjang dari bukit asal longsor hingga titik terakhir longsor mencapai 1,22 kilometer. 

Sutopo mengungkapkan, kendala lain adalah cuaca yang sering hujan pada siang hari. Hampir setiap hari hujan sehingga operasi SAR dihentikan pada pukul 14.30 WIB. Pencarian korban juga terkendala aksesibilitas lokasi longsor yang cukup sulit dijangkau. 

Lebih lanjut, Sutopo menambahkan, petugas SAR sudah mengalami kelelahan setelah bekerja selama enam hari sehingga perlu diganti dengan petugas yang baru. Sebanyak sepuluh alat berat masih dikerahkan mencari korban.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement