Rabu 05 Apr 2017 23:42 WIB

Pemerintah Merancang Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Rep: Priyantono Oemar/ Red: Nidia Zuraya
Emi Emilia (Indonesia), Mohamed Aidil Subhan (Singapura), Zaharani Ahmad (Malaysia), Hajah Dayanf Fatimah (Brunei), dan Azhari (Indonesia) dalam seminar kebahasaan MABBIM, Rabu (5/4)
Foto: Republika/Priyantono Oemar
Emi Emilia (Indonesia), Mohamed Aidil Subhan (Singapura), Zaharani Ahmad (Malaysia), Hajah Dayanf Fatimah (Brunei), dan Azhari (Indonesia) dalam seminar kebahasaan MABBIM, Rabu (5/4)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada 250 pusat Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing di berbagai negara di lima benua. "Tahun 2016 lalu telah dikirim pengajar bahasa Indonesia ke 47 lembaga BIPA di berbagai negara," ujar Kepala Badan Bahasa Kemendikbud Prof Dadang Sunendar di Seminar Kebahasaan Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (MABBIM), di Jakarta, Rabu (5/4).

Pembentukan lembaga BIPA di berbagai negara merupakan bagian dari rencana kerja menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Ketika membuka acara ini, Mendikbud Muhadjir Effendy, menegaskan keinginan pemerintah menjadikan bahasa internasional.

Seminar kebahasaan MABBIM merupakan rangkaian kegiatan Sidang Eksekutif ke-56 MABBIM. Sebelumnya sudah diadakan sidang pakar pada 3 April.

Dadang Sunendar melaporkan, kerja sama kebahasaan melalui MABBIM sudah berlangsung sejak 1972. Sudah dibuat pembentukan istilah di bidang ilmu, penelitian, bengkel kebahasaan, dan sebagainya. "Tahun ini merupakan tahun ke-45," ujar Ketua Perutusan MABBIM Indonesia itu. 

Ketua Perwakilan MABBIM Brunei Darussalam Awang Suip bin Haji Abd Wahab mengatakan Bahasa Melayu/Indonesia telah menjadi bahasa tutur regional, karenanya perlu didorong agar bisa segera menjadi bahasa resmi regional. "Dengan tetap menghormati prinsip teritorial dan integritas bangsa... Kita perkasakan Bahasa Melayu/Indonesia agar bisa diterima sebagai bahasa intelektual seperti bahasa Inggris," ujar Awang Suip.

Ketua Perwakilan MABBIM Malaysia Datuk Abang Sallehuddin bin Abg Shokeran menyebut Bahasa Melayu/Indonesia sudah mulai diperkuat di Masyarakat Ekonomi ASEAN, sebagai entitas yang memiliki dimensi luas dalam kehidupan. Di antaranya mencakup dimensi politik, sosial budaya, sains teknologi. 

Mebdikbud Muhadjir menyatakan harapan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional merupakan amanah undang-undang. "Kita berharap bahasa Melayu/Indonesis menjadi alat perekat dan diplomasi," ujar Muhadjir.

Dadang menyebutkan, pengguna bahasa Indonesia telah memiliki penutur terbanyak di Asia Tenggara. "Kita sudah memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi sidang ASEAN dan menjadi bahasa kerja di Timor Leste," ujar Dadang.

Sidang Eksekutif MABBIM diikuti 26 orang utusan, sebanyak 13 di antaranya dari Brunei, sembilan dari Malaysia, dan empat pemerhati dari Singapura. Peserta seminar kebahasaan mencapai 150 orang. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement