REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama mengaku tak mempermasalahkan berbagai hasil survei yang menempatkan dirinya kalah dari pasangan lawan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di putaran kedua Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI. Pejawat itu, justru merasa tertantang untuk membuktikan kebenaran hasil survei tersebut dengan terus melakukan kampanye langsung mengunjungi rumah warga.
"(Memang) Kalau dari survei, justru saya pasti kalah, katanya gitu. Kalau gitu ini (kampanye, Red) pembuktian, saya datang ke tempat yang menang. Berarti memang kami utamakan orang sakit," kata Ahok saat blusukan di Jalan Hj Naim, Gandaria, Kebayoran, Jakarta Selatan, Rabu (5/4).
Ahok melanjutkan, saat ini dia berpikir sisa waktu sampai hari pencoblosan sangatlah pendek. Jadi, sambung Ahok, bila Tuhan tidak mengizinkannya kembali menjadi Gubernur, setidaknya dia tetap memiliki waktu sampai Oktober 2017 untuk membenahi Jakarta.
"Saya mikir ginilah, ini kan waktu sangat pendek, misalnya kalau Tuhan enggak izinin saya jadi gubernur, saya tetap jadi gubernur sampai Oktober. Berarti saya harus beresin kesehatan ini. Supaya sistem sudah ada, itu yang penting," kata Ahok.
Karena, kata Ahok, untuk menjadi pejabat yang terpenting itu bukan saat terpilih menjadi gubernur. "Yang paling penting setelah kamu tidak jadi (gubernur, Red) kamu ninggalin apa, sehingga orang ingat, oh ini zaman Pak Ahok loh berobat enggak bayar, ini yang penting," kata Ahok.
Dalam beberapa survei, pasangan Anies Baswedan-Sandiga Uno mengungguli perolehan suara dalam jajak pendapat. Seperti survei terakhir yang dilakukan oleh lembaga survei Sinergi Data Indonesia (SDI) pada 10 Maret hingga 17 Maret 2017. Jajak pendapat terhadap 600 responden menunjukkan 49,20 persen di antaranya memilih Anies-Sandi. Sedangkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat memperoleh 42,20 persen suara. Sementara sisanya 8,60 persen menjawab rahasia.