REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) tidak lagi laku dalam masa Pilkada DKI 2017. Esensi yang saat ini menjadi fokus masyarakat adalah bagaimana kedua kandidat mampu menghadirkan solusi dan memberikan kesejahteraan bagi seluruh warga DKI.
Demikian dikatakan tokoh muda kristiani, Aristo Purboadji yang juga pendukung Anies Baswedan-Sandiaga Uno, menilai. “Isu di Jakarta, bukan lagi soal agama, ras, atau perbedaan lainnya. Ini soal program kerja, bagaimana calon pemimpin mampu membangun Jakarta, dan menghadirkan kesejahteraan bagi warganya,” ujar Aristo kepada Republika.co.id, Selasa (4/4).
Menurutnya, pengangkatan isu SARA dalam Pilkada merupakan langkah mundur bagi demokrasi dalam negeri. Sebab, yang terpenting saat ini adalah memilih berdasarkan rekam jejak, dan program kerja yang matang. Hal ini dikatakan Aristo menyusul semakin bertumbuhnya jumlah masyarakat rasional, dan objektif.
“Dewasa ini masyarakat tidak lagi mengutak-atik masalah perbedaan agama, suku, atau hal-hal bersifat kodrati lainnya sebagai dasar pertimbangan dalam memilih calon pemimpin. Yang terpenting adalah, bagaimana program kerja yang ditawarkan bisa menghadirkan solusi bagi mereka,” ujarnya.
Dalam hal ini, Aristo memandang, paslon cagub-cawagub Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebagai sosok yang tepat untuk memimpin Ibu Kota. Ia mengaku, melihat keunggulan dari paslon nomor urut 3 ini yang tidak dia temukan pada calon lain.
Karena, kata dia, Jakarta butuh pemimpin yang mempersatukan, dan mendamaikan seluruh kalangan. Bukan hanya bisa berkomunikasi ke sebagian, harus bisa semuanya. "Dan Anies-Sandi, saya percaya bisa mengakomodir hal tersebut," kata Aristo yang pendeta muda di salah satu gereja ternama Indonesia.